Malang Post – Rapat kerja (Raker) Paguyuban Rektor PTN Jawa Timur, berlangsung di Gedung Rektorat Universitas Negeri Malang (UM), Selasa (6/2/2024).
Hadir dalam kegiatan ini, adalah kampus yang tergabung dalam paguyuban rektor PTN se-Jatim. Meliputi Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Brawijaya Malang (UB), Universitas Airlangga Surabaya (Unair), Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Negeri Surabaya (Unesa), UPN Veteran Jatim, Universitas Jember, Universitas Trunojoyo Madura, UIN Sunan Ampel, UIN Malang, UIN KH. Achmad Siddiq dan UIN Sayyid Ali Rachmatullah.
Dalam forum tersebut, yang dihadiri rektor dan jajaran wakil rektor se-Jatim ini, pembahasannya adalah soal ranking nasional maupun internasional. Hingga penguatan kolaborasi antar perguruan tinggi, serta menyikapi isu bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045.
“Selain membicarakan tentang pemeringkatan nasional maupun internasional, Kita juga bicara soal UKT dan berdiskusi tentang penerimaan mahasiswa baru,” kata Prof. Dr. Nurhasan, MKes, Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) periode 2023-2024.
KOMPAK: Sesi foto bersama dalam pertemuan paguyuban rektor PTN se-Jatim di Universitas Negeri Malang (UM), Selasa (6/2/2024). (Foto: Istimewa)
Kegiatan mendatang, akan diadakan di Universitas Jember, karena rektornya baru.
Tidak itu saja, dalam raker tersebut juga didiskusikan tentang penerimaan mahasiswa baru mengikuti skema yang ada. Serta menyikapi kondisi bonus demografi di Indonesia emas 2045.
Di mana Indonesia akan menjadi nomor empat pada kekuatan ekonominya. Sehingga bisa menyiapkan SDM unggulnya.
Terkait politik saat ini menjelang pemilu, Prof. Nurhasan menyampaikan, bagaimana Forum Rektor PTN di Jawa Timur ini, menjaga kondusivitas di kampus masing-masing. Agar suasana pemilu berjalan damai, nyaman dan aman.
“Tentang kedatangan Pak Menko, tidak ada sponsor apa-apa,” tegasnya
Sementara itu, Rektor UM, Prof Hariyono menyatakan, tidak ada penekanan khusus dalam forum paguyuban Rektor PTN se Jatim. Meskipun forum tersebut, dihadiri oleh Menko PMK, Muhadjir Effendy.
“Pak Muhadjir Effendy memberi pesan soal antisipasi perguruan tinggi terhadap transfer teknologi. Selama ini, orang ketika bicara transfer teknologi itu berarti barang yang masuk ke Indonesia,” ujar Hariyono.
Padahal, kata Hariyono, transfer teknologi bukan barang, melainkan otak manusia. “Maka SDM perguruan tinggi bagaimana menguasai ilmu pengetahuan yang belum dikuasai agar digeluti, dipelajari, dan dikembangkan di negara kita melalui kampusnya masing dan sesuai kompetensinya masing-masing,” tandasnya (M. Abd. Rahman Rozzi)