Malang Post – Penurunan angka stunting terus diseriusi Pemkot Batu. Diawal tahun 2024 ini, seluruh jajaran Pemkot Batu kompak turun ke masyarakat. Melalui sebuah program Bapak Bunda Asuh (BBAS), mulai dari Pj Walikota hingga kepala OPD turun langsung mengunjungi anak-anak stunting yang ada di kota ini.
Program itu diwujudkan dengan melakukan pendampingan dan upaya kolaboratif dari semua pihak. Lewat program BBAS, bertujuan untuk memastikan intervensi dalam penanganan stunting telah dilakukan sesuai rencana.
Dari program itu, Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai serta jajaran kepala OPD Pemkot Batu, rutin mengunjungi balita yang manjadi anak asuh masing-masing. Dengan didampingi petugas kesehatan, kunjang itu dilakukan untuk mengecek kembali kondisi anak-anak stunting.
“Selain melihat langsung kondisi balita yang jadi anak asuh. Kami juga memberikan edukasi kepada orang tua balita tentang pola asuh anak. Termasuk himbauan untuk meningkatkan sanitasi,” tutur Pj Aries, Senin, (5/2).
Di Kota Batu, setidaknya sudah ada 38 instansi vertikal yang telah berkomitmen untuk menjadi orang tua asuh balita stunting yang ada di Kota Batu. Ini dilakukan sebagai upaya untuk mempercepat penanganan stunting di Kota Apel.
“Program tersebut menjadi salah satu wujud kehadiran pemerintah untuk masyarakat. Pemerintah sangat terbantu dengan partisipasi dari berbagai instansi dalam menangani stunting,” ujarnya.
KUNJUNGI: Jajaran Kepala OPD Pemkot Batu saat mengunjungi anak asuh stunting mereka yang berada di desa/kelurahan Kota Batu. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Lebih lanjut, berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu. Pj Aries membeberkan, jika prevalensi stunting di Kota Batu terus mengalami penurunan. Berdasarkan bulan timbang tahun 2020, prevalensi stunting di Kota Batu mencapai 14.83 persen.
Kemudian tahun 2021, prevalensi stunting di Kota Batu turun menjadi 14,4 persen. Lalu di tahun 2022 kembali turun di angka 13,8 persen. Setelah itu, berdasarkan data bulan timbang Februari 2023 prevalensi stunting di Kota Batu mencapai 13,2 persen.
“Lalu pada bulan Desember 2023, prevalensi balita stunting di Kota Batu sudah diangka 12,16 persen,” imbuh Pj Aries.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Batu, Aditya Prasaja menambahkan, pencapaian tersebut tidak terlepas dari berbagai intervensi yang telah dilakukan oleh tim percepatan penurunan stunting (TPPS) Kota Batu.
“Juga upaya-upaya pendampingan yang dilakukan oleh instansi vertikal yang menjadi orang tua asuh balita stunting,” imbuhnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Plt Kepala Dinkes Kota Batu itu juga menegaskan, pencegahan untuk meminimalisir peningkatan stunting sangat penting dilakukan. Berfokus pada asupan nutrisi bayi usia 1-8 bulan, menjadi salah satu upaya kunci untuk mencegah terjadinya stunting pada bayi.
“Upaya pencegahan stunting sangat penting dilakukan. Kuncinya dengan memberikan nutrisi yang baik pada bayi usia 1-8 bulan. Dengan harapan angka stunting di Kota Batu tidak bertambah,” tutupnya. (Ananto Wibowo)