
MANAJER Tim Arema FC, Wiebie Dwi Andriyas. (Foto: Istimewa)
Malang Post – Kompetisi Liga 1 musim 2023/2024, sudah memasuki pekan ke-23. Tinggal menyisakan 11 laga, untuk mencapai akhir reguler series.
Empat tim teratas di babak reguler series, akan bertanding di championship series. Sebagai babak penentu juara kompetisi tertinggi di tanah air.
Sayangnya tim kebanggaan Aremania, Arema FC, sampai saat ini masih terdampar di zona degradasi. Hanya berhasil mengumpulkan 21 poin dari 23 pertandingan. Berada di peringkat ke-16 dari 18 kontestan.
Padahal tiga tim terbawah di klasemen reguler series, bakal terlempar ke Liga 2 untuk musim berikutnya. Alias terdegradasi.
Mau tidak mau, dalam kondisi seperti itu, Arema FC harus bisa memanfaatkan secara maksimal 11 laga yang tersisa. Tidak boleh sampai ada yang tergelincir. Jika tidak ingin mengakhiri musim ini dengan turun kasta.
“Target kami tentu sapu bersih pada 11 pertandingan selanjutnya. Kalau tidak bisa mengamankan kemenangan, akan sulit lepas dari zona degradasi,” terang Manajer Tim Arema FC, Wiebie Dwi Andriyas, seperti dilansir dari Idntimes, Selasa (16/1/2024).
Manajer yang juga pengusaha rokok ini percaya, sebenarnya kualitas Arema FC tidak kalah dibandingkan tim-tim lain di Liga 1. Jadi ia merasa tidak layak jika Singo Edan harus turun kasta musim ini.
Ada beberapa penyebab, tambah Wiebie, yang menjadikan skuadra Singo Edan harus terpuruk di kompetisi musim ini. Salah satunya adalah dikarenakan status Arema FC, yang harus menjalani ‘laga usiran’ sepanjang musim.
Paskatragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022 lalu, Arema FC memang sempat dilarang menggelar pertandingan di kandang, Stadion Kanjuruhan. Sepanjang sisa musim 2022/2023 lalu.
Tetapi di musim 2023/2024, larangan itu sudah dicabut. Hanya saja, Arema FC tetap tidak bisa berkandang di Malang. Stadion Kanjuruhan sedang direnovasi total. Stadion Gajayana yang juga sudah didaftarkan sebagai homebase, ternyata justru tidak bisa digunakan. Tanpa ada alasan yang jelas.
Kondisi itu membuat Johan Ahmat Alfarizie dan kawan-kawan, harus ‘terusir’ ke Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali. Untuk menjamu kontestan Liga 1 musim 2023/2024.
Fakta itu membuat penggawa Singo Edan, tidak pernah mendapatkan istirahat yang cukup. Akibatnya, mereka kurang konsentrasi saat menjalani pertandingan.
Bagaimana tidak, mereka harus menjalani perjalanan 400 kilometer lebih dari Malang ke Bali. Jika harus menjadi tuan rumah. Sementara tempat latihan rutin, masih digelar di Malang Raya. “Tentu saja evaluasi dari kami, adalah faktor kelelahan yang jadi faktor utama. Kita harus terbang bolak-balik Malang-Bali untuk latihan dan bertanding. Jadi kami harus memikirkan solusi untuk masalah ini,” jelasnya.
Padahal dari sisi pertandingan, Wiebie menilai Arema FC terus menunjukkan progres permainan yang lebih baik dibandingkan saat awal kompetisi.
Terutama setelah Arema FC melakukan pergantian pelatih. Tepatnya mulai pekan ke-10, ketika kursi kepelatihan diserahkan kepada Jose Fernando Martins Valente.
Kali ini, Wiebie berharap agar pelatih Arema FC, bisa membuat pemain-pemainnya, bermain konsisten sepanjang 90 menit pertandingan.
“Sebenarnya permainan kita sudah baik. Tapi memang kurang konsisten saja. Sehingga seringkali membuat kesalahan di menit-menit akhir,” tandasnya.
Saat ini Arema FC juga melatih fokus pemain, agar bisa bermain koleksi hingga detik-detik akhir.
Wiebie tampaknya mempercayakan nasib tim ini pada head coach Arema FC, Fernando Valente. Wiebie percaya jika pelatih asal Portugal ini, akan jadi penyelamat tim yang berdiri sejak 1987 lalu. (*/ Ra Indrata)