Malang Post – Setelah kembali dibuka pada Jumat, (5/1/2024) lalu. Masyarakat Desa Tlekung kembali menutup akses masuk ke TPA Tlekung, Senin, (8/1/2024). Mereka menutup akses masuk menggunakan banner berukuran besar, berisikan sejumlah tuntutan.
Banner besar itu bertuliskan ‘Lho Kok Di Portal..? Ini sebabnya dulur… Nagih Janji’.
- Belum ada bukti dalam memaksimalkan proses pengelolaan sampah yang menumpuk di TPA Tlekung, sebagaimana dalam pernyataan tuntutan warga Tlekung point 1 yang telah ditandatangani oleh Pj Wali Kota Batu tertanggal 29 Juli 2023.
- Sesuai surat pernyataan Kepala DLH Kota Batu tanggal 30 Agustus 2023, bahwa TPA Kota Batu dalam kondisi overload sehingga dilakukan pembatasan sampah yang masuk ke TPA Tlekung sampai batas waktu yang akan ditentukan selanjutnya.
‘Tetap semangat, guyub rukun demi kepentingan bersama’.
Kepala Desa Tlekung, Mardi menyatakan, penutup akses masuk ke TPA Tlekung disebabkan ada kesalahpahaman. Salah pahamnya ada informasi yang beredar bahwa TPA Tlekung dibuka lagi untuk umum, padahal bukan seperti itu.
“Dipikirnya masyarakat Kota Batu dibuka lagi seperti biasanya. Karena itu, masyarakat Desa Tlekung tidak bisa menerima kalau saat ini dibuka untuk umum,” jelas Mardi.
Dia menambahkan, permintaan warga Desa Tlekung, mesin yang saat ini ada digunakan untuk menghabiskan sampah yang telah menggunung di TPA. Tidak untuk mengolah sampah baru.
“Tapi DLH minta sampah perkotaan tetap masuk. Hal ini sebenarnya tidak masalah. Tapi ungkapan DLH dengan kata-kata ‘dibuka lagi’ yang menjadikan masalah. Sebab dengan kata-kata itu, dikhawatirkan semua masyarakat Kota Batu mengirim sampahnya lagi ke TPA Tlekung,” ujarnya.
TUTUP BANNER: Akses masuk ke TPA Tlekung ditutup menggunakan banner dan bambu oleh warga. Tak berselang lama setelah dilakukan musyawarah, akses masuk kembali dibuka. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Pihaknya meminta, harus ada musyawarah lagi kedepannya, antara kepala desa/ lurah se Kota Batu, camat, DLH dan Pj Wali Kota Batu. Untuk membahas, dibukanya TPA Tlekung ini seperti apa. Sehingga tidak menjadikan kesalahan pahaman ditengah masyarakat.
“TPA Tlekung ini dibuka untuk bagaimana?. Apa untuk umum atau bagaimana. Kami di Pemdes Tlekung menginginkan satu jawaban yang pas. Untuk dilanjutkan sosialisasi ke masyarakat,” katanya.
Lebih lanjut, Mardi juga mengungkapkan, setelah dibuka lagi sejak Jumat lalu, khusus untuk menangani sampah perkotaan dan sampah yang ada saat ini. Dia menerima laporan warga jika ada sampah yang masuk selain dari sampah perkotaan.
“Ada yang lapor, ada yang masuk selain sampah perkotaan. Mungkin ini disebabkan karena miss komunikasi. Dikira TPA Tlekung dibuka untuk umum. Sehingga banyak masyarakat dan beberapa kades ingin membuang sampah ke TPA Tlekung lagi,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala DLH Kota Batu, Muji Dwi Leksono menyampaikan, awalnya TPA Tlekung memang ditutup kembali oleh warga. Tapi tak berselang lama, warga kembali membuka akses masuk ke TPA Tlekung. Hal itu dilakukan setelah adanya musyawarah.
“Tidak ada penutupan setelah dilakukan musyawarah. Hasilnya dari tiga mesin incinerator yang ada, dua digunakan untuk mengelola sampah yang ada di TPA dan satu mesin incinerator untuk sampah atau residu baru,” tutur Muji.
Seperti diberitakan sebelumnya, beroperasinya kembali TPA Tlekung seiring datangnya tiga unit mesin pembakar sampah incinerator senilai Rp12 miliar. Tiga alat pembakar sampah itu akan digunakan mengelola sampah berbeda.
Mesin pertama digunakan untuk mengelola sampah yang saat ini sudah ada di TPA Tlekung, mesin kedua digunakan untuk mengelola sampah di TPS3R Tlekung dan mesin ke tiga digunakan untuk mengelola sampah dari kawasan perkotaan.
“Hasil uji coba mesin dan uji emisi cukup bagus. Total ada sembilan petugas operasional mesin tersebut. Dimana setiap mesinnya ditangani oleh tiga orang. Satu mesin incinerator setiap jamnya bisa menyelesaikan sampah sebanyak 6,3 ton,” papar Muji.
Ditahap awal pengoperasian kembali TPA Tlekung ini. Pihaknya juga membatasi sampah baru yang masuk. Dimana dalam sehari, hanya dua truk sampah perkotaan yang dikelola di TPA Tlekung.
“Maksimal sampah baru yang masuk dalam satu hari hanya dua truk. Sampah itu langsung kami kelola dan selesai dalam satu jam. Kemudian setelah itu selesai, kami melakukan pengelolaan sampah yang saat ini sudah ada,” jelas dia.
Muji menegaskan, dalam pengelolaan sampah baru itu, sampah-sampah yang baru datang tak sampai turun dari truk. Setelah truk pengangkut sampah tiba dan ditimbanh, sampah akan langsung dimasukkan ke dalam mesin incinerator dam selesai hari itu juga.
“Agar tak sampai menimbulkan bau, teknis pengangkut sampah juga diperbaiki. Truk pengangkut sampah ditutup rapat dengan terpal. Kemudian setelah sampah selesai diolah, truk langsung dibersihkan. Hingga tidak ada sampah dan lindi yang tersisa dan berjatuhan di jalan,” katanya.
Lebih lanjut, Muji juga menyampaikan, untuk menyelesaikan permasalahan sampah di Kota Batu, butuh kerjasama dari seluruh elemen masyarakat. Dimulai dari memilah sampah dari rumah. Dengan cara itu, akan mempercepat proses pengolahan sampah. (Ananto Wibowo)