Malang Post – Ratusan anggota organisasi masyarakat (Ormas) Pemuda Pancasila (PP) Kota Batu, menggeruduk Balai Kota Among Tani Kota Batu, Senin, (8/1/2024). Sebelum ke Balai Kota Among Tani, ratusan massa telah melakukan long march dari TPA Tlekung dan Kantor DPRD Kota Batu.
Ada tiga tuntutan yang mereka suarakan dalam aksi damai tersebut. Tuntutan pertama, tentang kearifan lokal. Dimana tenaga-tenaga kerja asli Kota Batu harus jadi perhatian utama. Tuntutan kedua, yakni penyelesaian permasalahan sampah.
Kemudian tuntutan ke tiga, segera memindahkan pedagang PKL pagi yang saat ini masih menempati Stadion Brantas Kota Batu. Permintaan itu bukan tanpa sebab, menyusul Kota Batu bersama kawasan Malang Raya lain akan jadi tuan rumah Porprov lX Jatim 2025.
Ketua MPC PP Kota Batu, Endro Wahyu Widjoyono menyatakan, dalam aksi ini, pihaknya meminta Pemkot Batu untuk mengedepankan kearifan lokal. Dengan membuat Perwali ataupun Perda yang mengatur hal tersebut.
“Kearifan lokal yang dimaksud, contohnya seperti buah dan sayur asli Kota Batu harus bisa masuk ke hotel-hotel. Selain itu, penyerapan tenaga kerja harus diutamakan masyarakat Kota Batu. Sehingga perekonomian masyarakat bisa berjalan lebih baik,” tuturnya.
“Beberapa waktu lalu kami juga agak risih, ada tuduhan jika kami ingin menguasai parkir. Padahal hal tersebut tidak benar. Maka dari itu, kami meminta kedepankan kearifan lokal. Sehingga masyarakat Kota Batu tidak hanya jadi penonton saja,” imbuhnya.
Kemudian untuk persoalan sampah, pihaknya meminta Kota Batu harus mempunyai TPA sendiri. Sebab saat ini, masyarakat masih banyak yang kebingungan ingin membuang sampah kemana.
“Di Kota Batu ini aturan ditegakkan bagi pembuang sampah sembarangan. Tapi masyarakat mau buang sampah tidak punya tempatnya,” kata Endro.
Dia juga meminta, untuk mengatasi persoalan sampah, Pemkot Batu jangan sampai memanipulasi desa/kelurahan. Dengan menginstruksikan mengatasi permasalahan sampah menggunakan TPS3R.
“Desa-desa ini sudah kerepotan dan pontang panting untuk mengurus sampah. Di Kota Batu banyak tempat wisata, hotel, resto dan lainnya yang jadi penyumbang sampah terbesar. Harusnya Pemkot Batu lebih bijak lagi dalam berfikir,” ujar dia.
Endro menyampaikan, sebelum melakukan aksi demontrasi ini, pihaknya telah menawarkan sejumlah solusi kepada Pemkot Batu. Bahkan telah didengar oleh salah satu Anggota DPR RI. Dia mau memberikan sumbangan, dengan mendatangkan dua profesor. Yakni Prof Sukir dan Prof Candra untuk membantu mengatasi permasalahan sampah di Kota Batu.
“Sayangnya Pemkot tidak jemput bola. Ini maksudnya apa. Padahal sudah ada solusi yang ditawarkan, untuk menyelesaikan permasalahan sampah secara modern,” imbuhnya.
Selanjutnya, tuntutan untuk segera memindahkan pedagang PKL pasar pagi dari Stadion Brantas. Ini disampaikan karena tahun depan Kota Batu akan menjadi salah satu tuan rumah Porprov lX Jatim 2025. Sehingga butuh persiapan matang untuk menyongsong event tersebut.
“Kota Batu ini kota wisata. Masa Kota Batu kumuh dan tidak punya fasilitas olahraga. Apalagi sebentar lagi Porprov,” imbuhnya.
Lebih lanjut, saat melangsungkan aksi tersebut, kemudian diizinkan masuk ke dalam Balai Kota Among Tani, Endro bersama sejumlah perwakilan PP Kota Batu mengaku tidak ditemui satupun perwakilan Pemkot Batu.
“Didalam saya tidak ditemui siapa-siapa. Kosong. Sehingga balik kucing lagi. Kesannya Balai Kota ini seperti angker dan bikin merinding,” tutupnya. (Ananto Wibowo)