Malang Post – Tim mahasiswa Universitas Brawijaya atau UB, mengembangkan perangkat deteksi kebutuhan nitrogen dan penyakit tanaman padi.
Inovasi berjudul: “Integrasi Machine Vision Dan Convolutional Neural Network Pada Webcam Menggunakan Raspberry Pi-3 untuk Identifikasi Penyakit Dan Kandungan Nitrogen Tanaman Padi” itu, diteliti oleh Setiyaki Aruma Nandi, Keiza Alfera Hummairo Assyura, Putri Eka Wulandari dan Zahra Cahya Ramadhani. Mereka dibimbing oleh dosen Dimas Firmanda Al Riza.
Tim ini merupakan mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UB. Mereka mengembangkan perangkat tersebut melalui program Agritech Science and Innovation Competition yang digelar oleh Agritech Research and Study Club FTP UB.
Perangkat ini dilengkapi dengan teknologi terintegrasi machine vision dan convolutional neural network pada webcam.
Selain itu, ada pula Raspberry Pi-3 yang berperan dalam proses identifikasi penyakit dan kandungan nitrogen pada tanaman padi.
Tim mengambangkan perangkat menggunakan arsitektur MobileNet V3 dengan akurasi mencapai 97 persen. Hasilnya, proses identifikasi dapat dilakukan secara real time dan non-destruktif.
Lewat beberapa fiturnya, tim mengidentifikasi melalui data image citra daun yang telah disesuaikan.
Dengan demikian, alat pun mampu menghasilkan informasi yang akurat. Perangkat identifikasi kandungan nitrogen dan penyakit yang menyerang tanaman padi didesain portable. Artinya, petani dapat membawanya ke berbagai petak lahan pertanian.
Alat buatan tim ini melakukan deteksi dengan memanfaatkan leaf color index atau LCI. Indeks berfungsi mengetahui kebutuhan nitrogen, sehingga petani dapat memberikan pupuk sesuai rekomendasi.
“Untuk deteksi penyakit dapat diidentifikasi melalui pattern atau bercak pada daun padi,” ucap Ketua Tim, Setiyaki Aruma Nandi, dikutip Kamis (4/1/2024)
Setiyaki mengatakan, pertanian adalah sektor utama dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Akan tetapi, penerapan teknologi modern pada bidang pertanian masih minim.
Misalnya karena biaya yang mahal, sehingga petani masih bertahan dengan metode konvensional.
“Oleh karena itu, kami menciptakan perangkat ini dengan desain yang ergonomis dan ekonomis untuk memudahkan petani dalam memprediksi nutrisi dan penanganan penyakit yang dibutuhkan oleh padi sehingga menghasilkan kualitas panen yang unggul,” katanya.
Tim berharap bahwa inovasi mereka dapat memberikan perubahan yang signifikan dalam sektor pertanian.
Di samping itu, dari akar rumput, mereka ingin membantu petani untuk mengoptimalkan produksi pertanian, sehingga mampu mendukung ketahanan pangan Indonesia.
Pengembangan alat pendeteksi kebutuhan nitrogen dan penyakit tanaman padi ini diproyeksikan akan berpotensi besar.
Baik pada kuantitas dan kualitas tanaman padi sebagai sumber pangan pokok nusantara. Alat ini mampu memberikan prediksi yang dapat digunakan petani untuk perencanaan dan pengolahan. Walhasil, penggunaan sumber daya dapat lebih efisien.
“Melalui alat yang kami kembangkan, diharapkan dapat mewujudkan pertanian yang lebih maju dan memberikan kontribusi yang besar bagi negara,” kata Setiyaki.(M. Abd. Rahman Rozzi)