Malang Post – Empat bulan berlalu, usai di tutupnya TPA Tlekung. Kota Batu tengah berada di era baru pengelolaan sampah. Saat ini, pengelolaan sampah di kota ini dilakukan di TPS3R yang ada di desa/kelurahan. Namun hal ini dirasa belum optimal, karena ada segelintir oknum masyarakat yang masih buang sampah sembarangan.
Wakil Ketua Asosiasi Pentinggi dan Lurah (APEL) Kota Batu, Andi Faisal Hasan menyatakan, empat bulan terakhir ini merupakan empat bulan paling berat, dalam mengatasi persoalan sampah di tingkat desa. Untuk menyelesaikan hal tersebut, jajaran perangkat desa harus rela pontang-panting.
“Jika dibilang sukses, ya sukses. Tapi kami yang dibawah pontang-panting,” beber Faisal, Rabu, (3/1/2024).
Sebab itu, dia meminta kepada Pemkot Batu untuk membuat konsep, bagaimana pengelolaan sampah di Kota Batu. Didalam konsep itu mengatur teknis-teknis pengelolaan sampah mulai dari tingkat desa hingga kota.
“Kami berharap, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bisa mengintervensi persoalan yang dibawah. Selain itu, kami juga meminta ada kehadiran DLH di desa. Sehingga ada peran semuanya, mulai dari pemerintah kota hingga lingkungan,” tuturnya.
Dengan kehadiran DLH di desa, maka persoalan sampah yang belum dapat ditangani desa, bisa dibantu DLH untuk mencarikan solusi terbaik. Sehingga alur pengelolaan sampah akan berjalan lebih ringan dari sebelumnya.
Sementara itu, Ketua APEL Kota Batu, Wiweko menyampaikan, di tahun 2024 ini, pihaknya berharap ada sinergitas dalam pengelolaan sampah. Mulai dari pemerintah desa hingga kota.
“Kami butuh pemetaan dan pendampingan untuk melakukan pengelolaan sampah. Karena dalam menyelesaikan persoalan tersebut kami masih awam. Terutama pemetaan pengelolaan sampah dari tempat usaha dan warga. Dengan pemetaan itu, kami mampu membiayai kebutuhan TPS3R,” paparnya.
Lebih lanjut, dia juga membeberkan, jika saat ini di desa/kelurahan di Kota Batu sudah membuat tempat pembakaran sampah. Pihaknya berharap ada pendamping dari DLH Kota Batu. Sehingga penyelesaian sampah di desa bisa berjalan lebih sempurna.
Lurah Temas, Adi Santoso menambahkan, di tingkat desa/kelurahan pengelolaan sampah telah dilakukan semaksimal mungkin. Meski begitu ada satu permasalahan yang belum dapat diselesaikan. Yakni permasalahan mengelola sampah residu.
“Di Temas, saat ini sampah residu sudah menumpuk banyak. Hanggar yang kami punya tidak cukup. Alat yang kami gunakan juga sudah waktunya perbaikan. Alat ini sebenarnya bagus, tapi ada kendala asap mengepul hitam hingga menimbulkan protes warga,” paparnya.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai mengapresiasi berbagai usulan tersebut. Utamanya usulan soal konsep pengelolaan sampah di Kota Batu. Menurutnya hal tersebut sangat diperlukan untuk menuntaskan permasalahan sampah. Selain merubah mindset masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan.
“Konsep pengelolaan sampah saat ini sudah ada. Tapi masih perlu sedikit koreksi. Setelah benar-benar fiks, akan langsung kami sosialisasikan,” tuturnya.
Pj Aries juga meminta, jajaran DLH Kota Batu untuk turun ke lapangan, ke TPS3R yang ada di desa/kelurahan. Kemudian setiap bulan koordinator TPS3R di kumpulkan. Guna melakukan evaluasi di TPS3R masing-masing.
“Dari hasil evaluasi itu, TPS3R yang sudah berjalan baik dapat dijadikan percontohan. Kemudian jika ada yang kurang maka bisa diperbaiki bersama,” tutupnya. (Ananto Wibowo)