
ORASI: Kepala Desa Bumiaji, Edy Suyanto saat melakukan orasi di halaman Gedung DPRD Kota Batu. Menuntut penyelesaian banjir di Desa Bumiaji dari hulu hingga hilir. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Malang Post – Usai melakukan long march dari Kantor Desa Bumiaji menuju Gedung DPRD Kota Batu. Kemudian melakukan orasi di halaman Gedung DPRD Kota Batu. Masa demontrasi menuntut penyesalan banjir di kawasan Desa Bumiaji, akhirnya ditemui langsung oleh jajaran pimpinan DPRD Kota Batu.
Mereka ditemui langsung oleh Ketua DPRD Kota Batu, Asmadi, Wakil Ketua l DPRD Kota Batu, Nurochman, Wakil Ketua ll DPRD Kota Batu, Hely Suyanto serta beberapa anggota DPRD dari dapil Bumiaji.
Dalam aksi tersebut, DPRD Kota Batu memberikan kesempatan perwakilan masa untuk masuk ke dalam gedung. Untuk melakukan rapat dengar pendapat bersama DPRD Kota Batu dan beberapa dinas terkait Pemkot Batu.
Kepala Desa Bumiaji, Edy Suyanto menyatakan, dari hasil pertemuan itu, membuahkan hasil yang cukup melegakan bagi warga Desa Bumiaji. Dimana ada sejumlah kesepakatan yang telah disepakati bersama dalam penyelesaian masalah banjir itu.
“Kami salurkan aspirasi dari masyarakat terdampak banjir. Kami ingin mendorong pemerintah kota untuk secepatnya merealisasikan pembangunan. Guna pencegahan banjir di Kali Paron, Dusun Beru,” tutur Edy.
Menurutnya, pembangunan untuk pencegahan masalah banjir tidak bisa dilakukan hanya satu kali saja. Masalah banjir bisa diatasi jika pembangunan berlangsung berkelanjutan.
“Untuk mengatasi masalah banjir ini, kami minta penanganan jangka pendek dulu. Sehingga di tahun 2024 banjir tidak melanda Dusun Beru lagi,” ujarnya.
Dia membeberkan, salah satu kesepakatan usai pertemuan itu. Pemerintah menyepakati untuk menggelontorkan anggaran sebesar Rp3,3 miliar melalui pergeseran anggaran BTT. Anggaran tersebut berfungsi untuk melakukan sejumlah pembangunan di Kali Paron.
Lebih lanjut, untuk penanganan jangka panjang. Menurutnya, perlu adanya penanganan khusus. Contohnya seperti penanaman pohon dikawasan hulu sungai.
“Saat ini di hulu sungai banyak hutan yang sudah beralih fungsi jadi lahan pertanian. Hal ini menjadi PR pemerintah kota. Sebab ketika lahan sudah beralih fungsi, sudah tidak ada lagu tegakan untuk menahan air. Perbaikan sebaik apapun, jika di hulu sungai tidak dilakukan penanganan dengan baik, maka akan tetap sama saja,” katanya.
Seperti diketahui, akibat dari alih fungsi lahan itu, saat ini banjir yang terjadi di kawasan Bumiaji tak hanya air saja. Namun juga diikuti lumpur, pohon dan juga sampah yang sangat banyak.
Sementara itu, Ketua BPD Bumiaji, Supriadi menambahkan, disebut sebagai langganan banjir, kawasan Desa Bumiaji tak hanya dilanda banjir satu tahun sekali. Tetapi ketika debit air, kawasan tersebut selalu mengalami banjir.
“Banjir bisa 4-5 kali. Kami ingin penanganan banjir secara optimal. Mulai dari hulu hingga hilir,” tutupnya. (Ananto Wibowo)