Malang Post – Pemkot Batu melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) terus mencari titik temu. Apa yang jadi penyebab terjadinya peristiwa banjir lumpur, yang menerjang Dusun Beru, Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, akhir pekan kemarin.
Dari hasil identifikasi awal, banjir bandang itu disebabkan karena tertutupnya sudetan. Dimana sudetan itu tertutup kayu yang ukurannya cukup besar (kayu gelondongan). Sehingga arus aliran air tak bisa mengalir dengan semestinya.
Kepala DPUPR Kota Batu, Alfi Nurhidayat menyatakan, sebelum memasuki musim penghujan, pihaknya telah melakukan normalisasi di Kali Paron. Caranya dengan mengeruk sedimentasi serta membuat sudetan.
“Sebelum musim hujan tiba, kami secara intens sudah melakukan normalisasi Kali Paron. Selain itu kami juga sudah membuat sudetan untuk memecah volume air ketika hujan deras. Akan tetapi, saat peristiwa itu terjadi, ada kayu gelondongan berukuran besar. Menyumbat sudetan hingga air meluber ke jalan,” kata Alfi, Senin, (11/12/2023).
Agar peristiwa serupa tak sampai terulang, kedepannya pihaknya akan melakukan kajian ulang. Apakah diperlukan untuk melakukan pembesaran sudetan. Pihaknya akan berupaya sebaik mungkin akan hal tersebut tak terulang.
“Sebaliknya masyarakat juga harus berbuat baik pada lingkungan. Dengan tidak membuang sampah atau material bangunan ke sungai,” imbaunya.
Sebab berkaca pada banjir lumpur yang terjadi, banyak sampah dan batang pohon besar yang menyumbat dam air dan saluran-saluran irigasi disekitar Kali paron.
“Kami bersama warga juga sudah membersihkan saluran irigasi bekas banjir. Dengan menggunakan alat berat milik DPUPR Kota Batu. Sampah-sampah yang menumpuk di Kali Paron juga sudah dilakukan pengangkatan,” paparnya.
Sebelumnya, berdasarkan data dari BPBD Kota Batu, terdapat sekitar 42 rumah yang terendam banjir setinggi 30 centimeter. Dengan kandungan material berupa air bercampur dengan lumpur.
Rinciannya 23 rumah berada di RT 1 RW 6, 5 rumah di RT 1 RW 7, 12 rumah di RT 2 RW 7 dan 2 rumah di RT 2 RW 6 serta satu sekolah yang sempat terendam banjir. Selain itu, juga merusak 3.560 lahan pertanian milik warga. (Ananto Wibowo)