
PANITIA: Anggota KPU Jawa Timur, Rochani, ketika memberikan sosialisasi Pemilu 2024 kepada berbagai elemen masyarakat. Di gedung C Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (UB), Senin (11/12/2023). (Foto: Istimewa)
Malang Post – Sebanyak 150 peserta dari berbagai elemen masyarakat Se-Malang Raya, mengikuti Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih Pemilu 2024. Digelar FH UB bersama Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur, di Ruangan Mimbar Demokrasi Gedung C Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (UB) Malang, pada Senin (11/12/2023).
Rochani, anggota KPU Jawa Timur menyampaikan, tujuan diadakanya sosialisasi adalah sebagai edukasi untuk masyarakat umum dan juga para akademisi yang ada di kampus.
Karena pada umumnya, katanya, aktivitas kepemiluan yakni sosialisasi maupun perlakuan terhadap pemilih, menyesuaikan dengan segmentasi mereka. Dimana pemilih muda adalah entitas yang sangat familiar dengan media sosial dan IT.
“Karena pemilih muda sangat familiar dengan medsos dan IT, maka terobosan ke arah sana itu penting kita lakukan. Salah satunya kerjasama dengan kampus, nonton bareng dan sebagainya,” sambungnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Acara dari Rumah Keadilan dan PPOTODA, Luna Dezeana Ticoalu menjelaskan, acara tersebut sebagai bentuk persiapan sebelum penyelenggaraan Pemilu pada Februari 2024 nanti.
“Semoga tidak halangan, karena kami juga akan menggelar banyak acara serupa. Untuk bisa meningkatkan hak berpolitik masyarakat dan mahasiswa.”
“Sehingga harapannya, kami bisa memberikan gambaran Pemilu. Mulai dari tahapan Pemilu, tata cara pencoblosan, serta nama partai yang bergabung. Khususnya bagi mereka pemilih pemula, yang mendominasi pada Pemilu 2024.”
“Biar kita bisa memberikan pengetahuan dan wawasan untuk masyarakat. Terutama tahun ini yang didominasi pemilih pemula. Agar mereka bisa tahu, bisa sadar bagaimana cara memilih yang benar di tahun 2024 nanti,” urainya.
Pihaknya pun berharap banyak, masyarakat dan juga pemilih pemula, memahami bagaimana tata cara Pemilu. Namun sosialisasi dan pemberian informasi terkait Pemilu, tetap akan terus dilakukan, agar jangkauannya lebih luas lagi dan tidak hanya di lingkungan kampus dan sekolah.
Sementara itu, Ketua PP Otoda FH UB, ria Casmi Arrsa yang hadir sebagai pembicara menyebut, pemilu adalah upaya regenerasi dan menuntut keikutsertaan rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Sehingga perlu artisipasi dari masyarakat.
“Siklus pemilu adalah menjadi cara ruang kekuasaan di legislatif dan eksekutif agar pemilu menjadi sah dan legitimasi,” kata dia.
Namun sayangnya yang ia amati, Pemilu di berbagai media massa dan sosial lebih menghangat pada pemberitaan tentang pilpres. Sedang berita tentang calon anggota DPR RI, DPD, DPRD provinsi, kota/kabupaten masih datar-datar saja.
“Ini perlu perhatian bersama. Bahwa pengisian kekuasaan itu tak hanya diranah eksekutif yaitu presiden dan wakil presiden, tapi juga calon legislator. Karena itu pemilih akan mendapat lima surat suara.”
“Sejauh ini kondisi masyarakat pada Pilres saja. Perhatian pada pileg masih kecil. Padahal di kedua cabang kekuasaan itu sama-sama kuat. Sebab untuk kebijakan negara/daerah perlu peran legislatif. Seperti kebijakan ABPN, APBD dan program-program negara lainnya untuk rakyat,” paparnya. (M. Abd. Rahman Rozzi)