Malang Post – Tim Pengabdian Dosen Pascasarjana, beranggotakan Dr. Ir. Anthon Efani, MP; Prof. Dr. Asfi Manzilati, ME; Moh. Shadiqur Rahman, S.Pi., MP., Ph.D., dibantu lima mahasiswa pascasarjana.
Mereka membantu memberikan solusi, terkait permasalahan turunnya pendapatan dari sektor wisata di area Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna, akibat pandemi Covid-19, yang masih berdampak hingga sekarang.
Ketua Tim Pengabdian Dosen Pascasarjana, Dr. Anthon Efani menjelaskan, pendampingan dilakukan tim pengabdian kepada warga. Berupa pengukuran kualitas perairan dan pembuatan rumah kepiting
“Pembelian benih kepiting, setting rumah kepiting di tiga titik dan pembelian pakan, dilakukan oleh tim pengabdian. Pihak mitra membantu masalah pengamanan rumah kepitingnya. Kegiatan pendampingan ini dilakukan sejak Agustus hingga November 2023,” kata Anthon.
Selain memanfaatkan kawasan mangrove di area CMC Tiga Warna. Melalui diskusi antara pengelola CMC Tiga Warna dengan tim pengabdian, maka kawasan mangrove akan dikembangkan sebagai tempat budidaya. Untuk memanfaatkan ekosistem secara maksimal atau pelaksanaan program silvofishery atau budidaya di kawasan mangrove.
“Fokus kami pada pengabdian kali ini, untuk turut mendukung gagasan masyarakat terkait budidaya di kawasan mangrove atau silvofishery. Serta berpartisipasi aktif dalam program mewujudkan budidaya kepiting bakau dengan mendatangkan ahli,” kata Anthon Efani.
Adanya gagasan ini, disetujui oleh Tim CMC Tiga Warna. Kegiatan budidaya di ekosistem mangrove ini menjadi salah satu jalan, untuk meningkatkan ekonomi dan pemanfaatan alam sebagai alternatif bagi masyarakat terutama yang terdampak pasca pandemi.
ALTERNATIF: Pembangunan rumah kepiting yang dilakukan oleh tim pengabdian dosen pascasarjana. (Foto: Istimewa)
Lebih lanjut, berdasarkan peninjauan yang telah dilakukan oleh tim pengabdian, dibantu pihak mitra CMC Tiga Warna. Dari beberapa wilayah yang memungkinkan untuk dilakukannya silvofishery system, maka dipilihlah kawasan Kondang Buntung untuk dilakukan silvofishery system.
Hal ini karena lokasi tersebut, telah sesuai dengan kualitas perairan yang baik untuk budidaya kepiting bakau.
Kualitas perairan yang dimaksud, yaitu meliputi nitrat nitrit, pH, mineral, salinitas, DO dan amoniak. Selain itu, pemilihan lokasi di Kondang Buntung dikarenakan lokasi ini saat surut masih terdapat genangan air. Berbeda dengan lokasi lain yang saat surut tidak ada air.
“Harapan kami, semoga dengan adanya program ini, dapat menjadikan CMC Tiga Warna dapat lebih produktif dan mampu memberikan kebermanfaatan bagi seluruh lapisan masyarakat,” tambah Saptoyo.
CMC Tiga Warna merupakan sebuah kawasan ekowisata, yang terletak dipesisir selatan Kabupaten Malang. Wilayah tersebut sangat menarik untuk dikembangkan.
Perkembangan ekowisata tidak lepas dari adanya berbagai hambatan. Salah satu hambatan besar yang dihadapi adalah adanya pandemi Covid-19 yang berdampak secara signifikan untuk masyarakat sekitar hingga saat ini.
Pasca pandemi Covid-19, masyarakat dituntut untuk lebih kreatif dalam menghadapi permasalahan yang ada.
Masyarakat yang berada di daerah kawasan ekowisata yang terdampak Covid-19 mulai memikirikan mencari alternatif lain apabila terjadi pandemi serupa. Yaitu dengan memanfaatkan potensi lain selai sektor pariwisata.
“Pandemi merupakan pelajaran berharga bagi kami. Bahwa jasa wisata sebagai bentuk layanan, yang telah kami tawarkan selama ini sebagai upaya ekonomis, ternyata tidak bisa selalu bisa kami andalkan sepenuhnya. Sebagai pemasukan utama dalam kondisi-kondisi sulit seperti pandemi.”
“Kami berharap bisa memiliki sumber lain yang bisa menjadi opsi pendukung ekonomi masyarakat dalam bentuk produk yang konkret,” jelas Saptoyo, Ketua CMC Tiga Warna. (M. Abd. Rahman Rozzi)