Malang Post – Tingginya konsumsi minyak goreng di Indonesia, menyebabkan produksi minyak jelantah yang begitu besar.
Minyak goreng disebut minyak jelantah, jika sudah mengalami tiga kali proses menggoreng. Di Indonesia, jumlah minyak jelantah yang dihasilkan rumah tangga tahun 2022 sebanyak 305.000 ton atau 335,5 juta liter.
Jumlah minyak jelantah yang dihasilkan hotel dan restoran, diperkirakan 1,5 juta ton atau 1,65 miliar liter. Jumlah minyak jelantah yang sangat banyak.
Jika dibiarkan, minyak jelantah akan terus menghitam warnanya, menjadi limbah yang merusak lingkungan dan dapat menimbulkan berbagai penyakit.
Minyak jelantah menjadi pencemar lingkungan saat dibuang di saluran drainase, menimbulkan bau menyengat yang tidak enak dan membuat pemandangan yang menjijikkan.
Jika terus dipakai menggoreng, makanan yang dikonsumsi dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah, sehingga mudah menimbulkan plak di saluran darah. Selanjutnya menimbulkan kenaikan tensi darah yang dapat menyebabkan sakit stroke atau serangan jantung.
TURUN TANGAN: Sebagai penasehat ahli, Prof. Dr. Jabal Tarik Ibrahim juga turut serta dalam kegiatan pengolahan minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi. (Foto: Dokumen Pribadi)
Mempertimbangkan kondisi tingginya produksi minyak jelantah, yang dapat menimbulkan efek berbahaya itu, tiga dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, yang terdiri dari Fithri Mufriantie,SP.MP., Prof. Jabal Tarik Ibrahim., dan Nur Ocvanny Amir, SP.MP., melatih ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam PKK RT 04 RW 09 Kelurahan Tulusrejo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Untuk mendaur ulang minyak jelantah, menjadi komoditas bernilai rupiah tinggi yaitu lilin aromaterapi. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2023 di lingkungan RT setempat.
Puluhan ibu-ibu antusias mengikuti pelatihan. Bahkan ada di antara mereka yang membawa beberapa liter minyak jelantah yang ada di rumahnya.
Peserta pelatihan menyambut positif karena selama ini, minyak jelantah di rumahnya dibuang dan menimbulkan masalah tersendiri di dapur dan lingkungannya.
Ibu-ibu itu bahkan berharap dapat mengubah limbah menjadi berkah. Diluar skenario, para ibu PKK bahkan menghitung biaya dan keuntungan menyulap jelantah menjadi rupiah.
Pembuatan minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi, sangat mudah dilakukan dalam skala industri rumah tangga. Karena cukup menggunakan peralatan kompor kecil, panci, eros dan sendok.
Bahan yang digunakan juga tersedia secara lokal di Kota Malang, antara lain: parafin, gelas kaca, benang kasur, krayon warna, aroma terapi (essential oil) dan sejumlah minyak jelantah.
Cara membuatnya sangat gampang. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan, nyalakan kompor, letakkan panci di atasnya, masukkan minyak jelantah (misalnya 100 ml), pakai api kecil.
Kemudian masukkan paraffin (100 gr), biarkan cair dan menyatu dengan minyak, aduk sampai campuran rata. Masukkan serpihan krayon (warna sesuai kesukaan), aduk sampai rata. Jika sudah rata matikan kompor. Teteskan aroma terapi (essential oil) sesuai kebutuhan, aduk sampai rata.
Siapkan gelas cetakan yang sudah berisi sumbu lilin di tengahnya (supaya lurus diikat dengan tusuk gigi yang ditaruh di atas gelas). Masukkan campuran lilin cair ke dalam gelas cetakan yang sudah terisi sumbu. Biarkan lilin dalam gelas mengeras (± 3 jam), setelah itu lilin aromaterapi siap digunakan.
Menurut Ketua Pelaksana Pelatihan, Fithri Mufriantie, pelatihan yang dilaksanakan di awal musim penghujan ini sangat pas waktunya. Karena karya pelatihan dibawa peserta pelatihan ke rumah masing-masing untuk jaga-jaga terjadi pemadaman listrik saat musim hujan. (M. Abd. Rahman Rozzi)