Malang Post – Saat ini variasi produk alat kontrasepsi bagi pria, masih terbilang minim. Utamanya yang dapat digunakan secara praktis.
Hal ini menginspirasi Adinda Shakira Pundi Laras, mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang bersama timnya, menciptakan alat kontrasepsi nabati. Menggunakan formula tansdermale patch berbahan dasar buah leunca. Alat ini dinilai mampu menjadi antifertilitas nabati bagi individu.
Adinda mengatakan, penggunaan alat kontrasepsi nabati ini mudah dan sederhana. Yakni hanya dengan menempelkan ke bagian tubuh tertentu dan membiarkan zat meresap ke dalam tubuh.
Tak butuh waktu lama, inovasi ini mampu memberikan efek terhadap penurunan jumlah rata-rata spermatozoa pada seorang laki-laki.
“Alat kontrasepsi nabati yang kami coba ciptakan ini, jauh lebih sederhana dalam pemakaiannya. Tinggal tempel saja di bagian tubuh tertentu dan efeknya akan langsung bisa dirasakan,” ujar mahasiswa angkatan 2020 itu.
Formula tansdermale patch yang digunakan, merupakan media menghantarkan obat melalui kulit. Dikombinasikan dengan beberapa bahan lainnya. Seperti HPMV-PVP dengan bahan aktif ekstrak etanol daun binahong memungkinkan produk memiliki elastisitas yang baik serta mampu menyerap air.
Mahasiswa FIK UMM saat melakukan aktivitasnya di laboratorium, untuk membuat penemuan baru yang bisa bermanfaat bagi masyarakat. (Foto: istimewa)
Mahasiswa yang saat ini menempu pendidikan di program studi farmasi tersebut juga menjelaskan, selain sederhana, penggunaan alat ini relatif aman.
“Bahan-bahan tersebut dipilih, karena banyak membawa manfaaat. Diantaranya mudah dilepaskan, menghindari degradasi obat di saluran pencernaan, praktis dan nyaman. Juga mudah dihilangkan apabila ditemukan efek negatif dalam penggunaan,” tambahnya.
Pemilihan buah leunca, juga tak lepas dari penemuan bahwa buah tersebut telah terbukti secara ilmiah mengandung senyawa tanin, saponin, flavonoid, serta solasodin. Senyawa ini dapat memengaruhi spermatogenesis karena menekan sekresi hormon reproduksi yang diperlukan selama proses reproduksi.
“Pemilihan bahan dan media ini, diharapkan mampu secara efektif meningkatkan partisipasi laki-laki dalam menunda kehamilan dan kelahiran anak. Sehingga secara sistemik mampu menekan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia, yang dalam jangka panjang juga diharapkan mampu meningkatkan kualitas penduduk di Indonesia,” tambahnya.
Saat ini, pengembangan produk alat kontrasepsi nabati telah melewati berbagai proses. Mulai dari uji pH, uji kelembaban dan berbagai proses lainnya. Adinda mengatakan, produk tersebut sudah 90% rampung dan baru akan diujicobakan ke kalangan terdekat terlebih dahulu.
“Untuk saat ini, kita berfokus pada produksi dan penggunaan untuk lingkup terdekat terlebih dahulu. Namun, tidak menutup kemungkinan dalam pengembangannya, produk ini dapat diproduksi dan dipasarkan secara luas sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat banyak,” pungkasnya. (M. Abd. Rahman Rozzi)