Malang Post – Untuk melestarikan hasil kerajinan batik asli Malangan, Pemerintah Kabupaten Malang akan mewajibkan batik Malangan untuk dipakai seluruh pegawai setiap hari Kamis dan Jumat.
“Kami sampaikan ke Bapak Bupati, nanti ada pekan batik yang setiap Minggu harus ditetapkan, ada hari batik yang harus dipakai oleh seluruh ASN. Batik itu nantinya produk batik Malangan, kolaborasi batik Garudeya dengan Batik Nareswari Singosari,” kata Wakil Bupati Malang, Didik Gatot Subroto, di sela acara Festival Batik Singosari di Pendopo Kawedanan Singosari, Sabtu (21/10/2023) siang.
Wabup menambahkan, pekan hari batik di lingkungan Pemkab Malang setiap Kamis dan Jum’at ini, juga akan diberlakukan pada pelajar. Yakni, bisa berbagi atau bergantian antara dua produk batik lokal Malangan tersebut.
“Misalnya hari kamis ASN diseluruh Pemkab Malang menggunakan batik khas Malangan Garudeya dan Jum’atnya menggunakan batik khas produk Putri Ayu Nareswari Singosari. Nantinya, jikalau ini bisa ditetapkan oleh Pemkab Malang, Insyaallah tidak ada hambatan dan keresahan dari pengrajin batik lokal Malangan,” imbuh Didik.
Didik meminta para pengrajin batik untuk terus berkreasi dan berinovasi dengan kerajinan batik lokal Malangan tersebut, dengan membaca pangsa pasar batik,
“Maka dari itu saya minta pengrajin batik lokal mampu meningkatkan kualitas, dengan memberikan batik tulis dengan kualitas bagus untuk dipakai para pejabat dan Forkompinda di Kabupaten Malang, mulai dari Pak Bupati, Ketua DPRD dan kepala OPD serta Camat wajib memakainya,” bebernya.
WAKIL Bupati Malang, Didik Gatot Subroto, saat melihat salah satu batik yang dipamerkan dalam Festival Batik Singosari di Pendopo Kawedanan Singosari, (Foto: Choirul Amin/Malang Post)
Wabup juga berharap pengrajin batik khas lokal Malangan ikut mendorong melalui Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, agar bisa segera menindaklanjuti perihal pengajuan pekan batik untuk Pemkab Malang dengan Surat Keputusan Bupati.
Didik berharap, festival yang juga menjadi rangkaian peringatan Hari Jadi ke-1263 Kabupaten Malang ini, dapat melahirkan karya seni yang inovatif, kreatif dan otentik agar dapat menjadi kebanggaan bagi Kabupaten Malang.
“Festival Batik Singosari yang kita ikuti bersama pada hari ini, adalah bukti nyata tentang bagaimana tradisi dan budaya kita tetap hidup dan terus berkembang di era modern. Sebagai salah satu identitas Bangsa, keberadaan batik bukan hanya sekedar kain. Melainkan juga sebuah gambaran dari jiwa serta nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi,” ujar Wabup Malang.
Menurutnya, batik adalah sebuah simbol perpaduan antara keindahan, kerja keras, kesabaran dan ketelatenan dalam melahirkan kerajinan tangan yang begitu luar biasa. Keberadaannya sekaligus menjelma sebagai bahasa tanpa kata, yang dapat berbicara tentang warisan kearifan lokal kepada dunia secara luas.
Festival Batik Singosari ini sendiri digelar oleh Paguyuban Batik Singosari Putri Ayu Nareswari dalam rangka Hari Batik Nasional ke-14. Batik khas Singosari ini merupakan cikal-bakal batik khas Malangan, dimana para pengrajinnya juga telah mendapatkan SK dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Sementara itu, tokoh batik lokal khas Singosari, Tati Soephihajarniwati menjelaskan, apa yang dilakukan paguyuban pengrajin batik Putri Ayu Nareswari ini bisa diteruskan ke generasi muda.
“Paguyuban pengrajin batik lokal Malangan Putri Ayu Nareswari merupakan lanjutan dari pengrajin batik kabupaten Malang yang telah memiliki SK dari Disperindag yang nantinya ditindaklanjuti untuk generasi muda kita,” tandas Tuti. (Choirul Amin)