Malang Post – Masih banyak pekerjaan rumah, yang harus diselesaikan di sektor pertanian di Kota Batu. Salah satunya minat generasi muda yang tidak lagi di pertanian. Sampai kondisi cuaca ekstrem.
Bahkan saat ini, Pemerintah Kota Batu masih mengupayakan, untuk bisa pertahankan pertanian pangan dalam waktu paling tidak 20 tahun kedepan.
Kabid Penyuluhan Pertanian Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Ayu Richana menyampaikan, selain generasi muda yang minatnya tidak lagi di pertanian. Cuaca ekstrem yang terjadi sekarang ini, mengakibatkan produksi komoditas juga turun.
“Apalagi untuk komoditas apel di Kota Batu. Tapi kami juga terus melakukan beberapa upaya, seperti dengan memberikan bantuan peralatan pertanian,” katanya saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Rabu (18/10/2023).
Penyuluh Pertanian Ahli Muda Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Sri Wahyuni menambahkan, di tahun 2010 lahan sawah di Kota Batu mencapai 2.515 hektar. Sekarang hanya tinggal 700 hektar.
“Dinas pertanian sekarang ini sedang membuat sebuah aplikasi, yang nantinya bisa mendata sawah yang dilindungi di Kota Batu. Sekarang ini masih terus dijalankan dan terus diupayakan lebih baik.”
“Dinas Pertanian juga terus mengupayakan, untuk menggali potensi dari generasi muda, agar mau masuk ke sektor pertanian,” katanya.
Sektor pertanian khususnya di Kota Batu, kata Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian UB, Sujarwo, bisa menjadi lebih baik. Tapi peranan Pemerintah tidak cukup, karena perlu andil dari masyarakat juga.
“Jadi pemerintah fokus pada regulasi. Kemudian masyarakat saling merangkul, untuk menuju sektor pertanian lebih baik dan tidak sendiri sendiri,” ujarnya.
Sujarwo menambahkan, tanah subur di Kota Batu itu, sebenarnya salah satu anugerah yang harus disyukuri. Dengan cara tetap menjaganya. Sehingga kekayaan alam di kota Batu juga terlindungi.
“Saatnya para petani untuk gabung dalam kelembagaan dan membentuk saling kepercayaan, untuk sama sama bangkit, guna mewujudkan sektor pertanian berjalan dengan semakin baik,” tegasnya.
Sujarno juga melihat, sekarang ini banyak orang yang banting stir tidak lagi di sektor pertanian. Karena berfikir soal opportunity cost atau peluang menghasilkan profit.
“Jadi jika dirasa kurang menguntungkan dan ada yang lebih menghasilkan, maka orang orang beralih,” sebutnya.
Sujarwo juga menyampaikan, sekarang Pemerintah Pusat sampai Pemerintah Daerah sedang mengupayakan untuk mempertahankan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Meski juga banyak lahan yang dikonversi untuk kebutuhan dan keuntungan lain.
“Jangan sampai ke depan banyak orang yang merasa lebih menguntungkan sektor lain, sehingga sektor pertanian semakin habis.”
“Karena akan menjadi kesulitan banyak orang, ketika pangan domestik harus di impor, imbas lahan pertanian yang sudah bergeser sampai SDM nya,” katanya. (Wulan Indriyani – Ra Indrata)