Malang Post – Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022. Angka kemiskinan di Kota Batu berada diangka 3,79 persen. Atau terdapat sekitar 9.040 masyarakat miskin di kota ini dari total 214.653 jiwa. Jumlah tersebut jadi yang terendah di Jawa Timur.
Meski jadi yang terendah. Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai tetap meminta kepada semua pihak. Untuk bergerak bersama memutuskan kemiskinan di Kota Batu. Dengan membangun solidaritas sosial untuk mengatasi kemiskinan ekstrem.
“Tidak semua dilingkungan kita, merasakan kebahagiaan dalam kehidupan ekonominya. Utamanya dalam mencukupi kehidupan sehari-hari yang masih belum terpenuhi,” tutur Aries.
Untuk menekan angka kemiskinan ekstrem di Kota Batu. Pihaknya rutin menyerahkan bantuan sosial kepada kelompok penerima manfaat (KPM), yang tersebar di seluruh penjuru Kota Batu.
“Para penerima manfaat yang mendapat bantuan sosial sudah masuk dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) Kementerian Sosial (Kemensos). Sehingga perlu kami perhatikan lebih, agar kebutuhan ekonominya tercukupi,” tuturnya.
Lebih lanjut, dia juga menjelaskan, penyebab terjadinya kemiskinan ekstrem di Kota Batu karena adanya kesenjangan. Antara masyarakat kalangan atas dan bawah. Karena itu, perlu adanya intervensi untuk mengurangi angka kemiskinan.
“Di setiap kota pasti ada kemiskinan. Karena memang ada kesenjangan antara yang di atas dan di bawah. Maka perlu dilakukan intervensi agar kemiskinan ekstrem ini bisa semakin berkurang atau hilang sama sekali di Kota Batu,” tutur Aries.
Dengan adanya kesenjangan itu, Aries meminta seluruh OPD Pemkot Batu ikut turun ke lapangan. Bukan hanya OPD terkait saja. Guna melakukan intervensi seperti apapun bentuknya. Baik melakukan program yang telah dimiliki ataupun dengan kemampuan yang dipunyai setiap OPD.
Contohnya seperti dalam bentuk Shodaqoh untuk mengintervensi kemiskinan ekstrem, dengan memberikan makan bergizi untuk masyarakat kurang beruntung, ataupun memberikan bantuan tunai.
“Seperti apapun bentuknya terserah. Tapi saya minta seluruh OPD untuk turun,” tegas Aries.
Kota Batu hanya terdiri dari tiga kecamatan. Dengan total ada 19 desa dan lima kelurahan di dalamnya. Menurut Aries, jumlah tersebut hanya sedikit. Sehingga untuk mengatasi kemiskinan ekstrem dirasa tak terlalu sulit.
“Kami punya 30 OPD. Jika semua OPD ikut turun, belum lagi ditambah dengan pihak swasta yang juga ikut turun melakukan intervensi. Maka kemiskinan ekstrem di Kota Batu akan selesai. Tinggal kemauannya saja ada atau tidak,” ujarnya.
Aries meminta jajarannya turun ke lapangan, bertujuan agar setiap OPD tahu by name by address. Kemudian jika sudah mengetahui orang tersebut kurang beruntung, sudah tidak bisa melakukan apa-apa, tidak bisa bekerja dan di rumah hanya sebatang kara. Maka harus segera dilakukan intervensi.
“Data valid sangat perlu dan harus ada dalam waktu dekat ini. Jika belum ada, maka tidak bisa bergerak. Jika data sudah ada, bisa mulai melihat kelapangan. Untuk mengetahui masyarakat inbutuhtu bantuan apa,” katanya.
Jika masih produktif dan usianya masih muda, bisa saja dikucurkan bantuan modal. Namun kalau ternyata sudah janda atau usianya sudah tua. Maka Pemkot Batu bisa melakukan intervensi secara berkelanjutan dengan memberi bantuan.
“Dalam Undang-undang juga sudah disebutkan dengan jelas. Jika fakir miskin dan anak terlantar merupakan tugas negara. Jika kita semua mau benar-benar turun ke lapangan, tidak butuh waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan kemiskinan ekstrem ini,” tandasnya. (Ananto Wibowo)