Malang Post – Universitas Brawijaya meluncurkan program inovatif. Berkolaborasi dengan mitra dunia industri maupun pemerintah, untuk mengatasi meningkatnya kebutuhan daging domba olahan di Indonesia.
Melalui Matching Fund 2023, program ini untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengamankan ketahanan pangan nasional.
Bertempat di gedung Teknik Industri FT UB, Jumat (22/09/2023), kerjasama pertama dilakukan dengan pemerintahan Kabupaten Malang.
Hadir dalam kesempatan ini para petinggi UB, Prof. Dr. Unti Ludigdo, SE., M.Si, Ak., Wakil Rektor bidang Riset dan Inovasi UB, Dekanat FT UB bersama Sekda Kabupaten Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, MM, yang mewakili Bupati Malang, serta tamu undangan lainnya.
Ir. Endra Yuafanedi Arifianto, ST., MT., Ketua Panitia mengatakan, untuk program Matching Fund sendiri yang membedakan dengan lainnya adalah adanya implementasi konsep Industrial Design Mini Factory (IDMF) di setiap desa. Endra dan tim MF mengusung konsep satu desa satu mini pabrik.
Program ini merupakan embrio untuk membawa konsep IDMF ke tingkat desa, yang akan memberdayakan masyarakat lokal dalam pengolahan hasil peternakan mereka sendiri.
“Kebetulan kita mempunyai mitra PT. KTHR Indonesia di Wagir Malang, yang mencakup berbagai tahap. Mulai dari desain pabrik, perakitan mesin, produksi olahan daging domba, desain kemasan, hingga perizinan dan pemasaran produk,” kata Endra.
SEKDA Kabupaten Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, MM., yang mewakili Bupati Malang, saat memberikan sambutan. (Foto: M. Abd. Rahman Rozzi/Malang Post)
Tiga produk inovatif olahan daging domba, yang akan ditawarkan melalui program ini antara lain adalah abon daging domba, oseng pedas daging domba dan sop tulang/tetelan domba.
Dengan mengemas daging domba dalam bentuk olahan ini, diharapkan masyarakat akan memiliki alternatif makanan yang sehat, bergizi dan dapat membantu menurunkan masalah stunting di masyarakat.
Inovasi produk olahan daging domba memiliki peran penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Melalui pengembangan yang kreatif dan terarah, produk-produk baru dapat diciptakan untuk memaksimalkan potensi daging domba sebagai sumber pangan yang bernutrisi tinggi.
“Langkah ini tidak hanya memberikan variasi pilihan konsumsi, tetapi juga berkontribusi pada diversifikasi produksi pangan dalam negeri,” tandasnya.
Prof. Unti Ludigdo menambahkan, sudah selayaknya mendedikasikan universitas ini untuk kemajuan bersama, minimal untuk Malang Raya.
“Kita mempunyai kelebihan apa, kita diskusikan bersama untuk berkolaborasi menjalankan riset dan inovasi dalam perwujudan implementasi Matching Fund bersama industri dan juga pemerintah daerah.”
“Semoga dengan kerjasama ini, menjadikan kemajuan tersendiri bagi pengembangan produk yang inisiatif yang semestinya sampai dengan hilirisasi,” tandasnya
Wahyu Hidayat mewakili Bupati Malang, menyampaikan terima kasihnya atas kerjasama ini.
“Selama ini kita juga selalu sharing dengan perguruan tinggi yang ada di Kota Malang, bilamana ada permasalahan tertentu. Alhamdulillah perihal kerjasama Matching Fund ini pihak UB sangat welcome.”
“Dengan kolaborasi ini, bilamana menghasilkan bagi kedua pihak, Insy Allah akan kita tingkatkan demi sinergitas bersama,” sebutnya. (M. Abd. Rahman Rozzi)