Malang Post – Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, dr. Husnul Muarif menyampaikan, berdasarkan data yang dihimpun Dinkes Kota Malang, hingga Agustus 2023 ada enam kasus terlapor difteri. Satu diantaranya meninggal dunia.
Meski Dinkes sudah berupaya berperan aktif menekan angka difteri lewat imunisasi, tapi capaian imunisasi difteri di Kota Malang, masih di bawah 95 persen.
Hal itu terjadi, karena tingkat kehadiran sasaran masih rendah. Sekalipun sebelumnya sudah disosialisasikan.
“Difteri bersifat menular, disebabkan virus atau bakteri yang terkontaminasi. Kemudian masuk menyerang saluran pernapasan. Tapi difteri bisa dicegah lewat imunisasi,” sebut dr. Husnul, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Sabtu (15/9/2023) kemarin.
Sebagai penyakit menular, difteri memiliki gejala sakit saat menelan, demam dan terbentuknya selaput putih di tenggorokan.
“Difteri bisa tersebar melalui droplet. Jadi meskipun saat ini terlapor kasus difteri ada enam penderita, tapi itu berpotensi menyebar,” jelasnya.
Untuk menyebarannya sendiri, dr Husnul menyebut bisa terjadi karena difteri menular melalui batuk, bersin dan pemakaian alat yang digunakan bersama. Seperti alat makan dan alat mandi. Bahkan penularan difteri, juga tidak memandang usia. Semua bisa terkena.
Sedangkan untuk penderita bergejala atau sudah terkonfirmasi difteri, Dinkes akan melakukan treatment khusus dalam pengobatan yang sesuai dengan SOP. Bekerja sama dengan Komisi Daerah (Komda) di RSSA.
Disebutkan pula, herd immunity bisa terbentuk, kalau seluruh masyarakat disiplin dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Termasuk datang saat imunisasi sudah dijadwalkan.
Sejauh ini, tandasnya, Dinkes Kota Malang sudah bekerja sama dengan posyandu di setiap desa dan satuan pendidikan. Mulai dari TK sampai SMA, untuk pelaksanaan imunisasi dasar hingga imunisasi lanjutan.
“Bayi berusia kurang dari 1 tahun harus mendapat 11 imunisasi dasar. Usia 2-23 tahun juga masih harus mendapat imunisasi lanjutan, yang bisa didapat di pendidikan formal, non formal atau di fasilitas kesehatan.
Sementara itu Pengamat Sosial, Dr. Rinikso Kartono menyampaikan, saat ini masih ditemukan banyak masyarakat, yang menganggap semua gejala penyakit bisa diatasi sendiri.
Menurut Rinikso, kalau tubuh dirasa ada yang bermasalah, itu sebagai sinyal kalau perlu dikonsultasikan ke pihak yang kompeten.
“Jadi saat sudah mulai ada gejala sakit meskipun ringan, harus segera diperiksa ke dokter,” sebutnya.
Masyarakat, kata Rinikso, tidak bisa sepenuhnya bergantung pada pemerintah. Tapi harus aware juga menjaga kesehatan tubuh. Termasuk terhadap penyebaran penyakit berbahaya yang sedang mengintai. Salah satunya difteri. (Faricha Umami – Ra Indrata)