
Malang Post – Sudah enam bulan berlalu, program Bapak Bunda Asuh (BBAS) bergulir di Kota Batu. Kini program itu sedikit demi sedikit mulai menampakan hasil. Melalui program itu merupakan sebuah upaya kolaboratif dari semua pihak. Untuk melakukan pendampingan kepada balita terindikasi stunting.
Bertujuan untuk memastikan intervensi dalam penanganan stunting telah dilakukan sesuai rencana. Saat ini angka prevalensi stunting Kota Batu berada di angka 13,2 persen atau sekitar 1.419 balita terindikasi stunting. Pada tahun ini, prevalensi stunting di Kota Batu ditargetkan bisa turun menjadi 10,8 persen.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menyatakan, setelah enam bulan menjadi orang tua asuh. Akhirnya salah satu balita yang di asuhnya, telah dinyatakan mentas stunting.
“Alhamdulillah akhirnya salah satu balita yang saya asuh. Di Desa Pesanggrahan telah mentas stunting,” tutur Aries, Selasa (12/9/2023).
Saat ini pertumbuhan dan perkembangan balita tersebut sangat baik. Baik tinggi dan berat badannya sudah ideal sesuai dengan usianya. Meski begitu, pihaknya akan terus melakukan pengawasan. Serta memberi semangat kepada orang tua. Agar lebih memahami pentingnya pencegahan stunting sejak dini, dengan pola hidup sehat.
Dirinya juga berpesan kepada orang tua. Untuk selalu membangun komunikasi dengan baik. Mulai dari para kader kesehatan di desa dan kelurahan. Juga selalu membawa balita ke posyandu untuk dipantau tumbuh kembangnya.
“Kami berharap orang tua membawa balitanya ke posyandu setiap bulan. Untuk melihat perkembangan balita tersebut seperti apa,” ujar dia.
Setelah salah satu anak asuhnya mentas dari stunting. Kini Pj Aries langsung mengangkat lagi dua orang balita terindikasi stunting di Kelurahan Sisir, sebagai anak asuhnya.
“Setelah anak asuh saya dinyatakan mentas. Saya mengangkat lagi dua orang balita terindikasi stunting di Kelurahan Sisir,” imbuhnya.
Menurut Aries, pola orang tua asuh yang diterapkan saat ini berhasil menjadikannya lebih fokus. Untuk lebih fokus terhadap perkembangan dan kebutuhan anak. Sehingga anak tersebut bisa lebih cepat untuk mentas dari stunting.
“Para orang tua sangat terbantu dengan adanya program tersebut. Sedangkan anak-anak tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai harapan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, kerja sama dan komunikasi dengan orang tua juga sangat penting. Guna membangun kesadaran akan pentingnya memberikan perhatian lebih kepada anak. Terutama soal gizi dan layanan kesehatan. Sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang ideal.
“Penanganan stunting adalah tugas kita bersama. Tidak hanya tugas Dinkes atau Dinas Pemberdayaan saja. Karena itu, seluruh OPD harus bergerak bersama-sama menurunkan angka stunting di Kota Batu,” jelas dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu, drg Kartika Trisulandari menyampaikan, capaian penurunan angka stunting tak lepas dari berbagai intervensi yang telah dilakukan, oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Batu.
“Dalam rangka penanganan stunting 2023. Pada tahun ini kami menargetkan angka stunting di Kota Batu bisa turun jadi 10,8 persen,” papar Kartika.
Dia menjelaskan, ada sejumlah langkah intervensi yang dilakukan Pemkot Batu untuk menurunkan angka stunting. Diantaranya adalah pemberian tablet penambah darah pada remaja putri. Kemudian juga dilaksanakan program SMART CATIN atau Sehat Mental Agama Reproduksi Terpadu Calon Pengantin. Mencakup pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta pembinaan kesehatan reproduksi calon pengantin.
Selain itu, juga dilakukan pendampingan bagi ibu hamil, yang menjadi fokus dalam upaya mengantisipasi terjadinya bayi stunting. Seluruh tahap tumbuh kembang balita seperti pemantauan status gizi dan imunisasi menjadi perhatian utama.
“Selain itu, kami juga melakukan implementasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Guna meningkatkan akses sanitasi dasar, yang juga menjadi bagian dari strategi penanganan stunting,” tandasnya. (Ananto Wibowo)