Malang Post – Warga kampung Kayutangan Heritage, Rizal Fahmi mengakui, event yang dibuat di koridor Kayutangan. Memberikan dampak pada jumlah pengunjung, yang masuk ke kampung Kayutangan Heritage.
Hal itu disampaikannya saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Selasa (12/9/2023).
Apalagi di sepanjang koridor Kayutangan, banyak disediakan perambuan penunjuk arah untuk masuk ke kampung heritage.
“Sehingga setiap kali ada event di koridor, para pengunjung bisa lebih mudah jika ingin mengitari ke dalam kampung,” sebutnya.
Sekalipun demikian, Rizal mengakui jika kampung heritage masih memerlukan dukungan investor, untuk terus berbenah dan berkembang.
Selain itu perkampungan Kayutangan juga harus lebih gencar dalam hal branding. Agar semakin dikenal dan menarik wisatawan datang.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, Baihaqi juga menyebut, penyelenggaraan event ikonik setiap bulannya di Kayutangan, untuk meningkatkan branding. Baik di tingkat regional, nasional maupun internasional.
“Tapi penyelenggaraan event setiap bulan ini, hanya akan dilakukan di awal-awal periode saja, sebagai bentuk promosi kampung heritage. Serta meningkatkan perekonomian warga sekitar.”
“Nantinya event-event serupa, juga akan diadakan secara bergilir. Untuk dilaksanakan di titik yang lain,” tandasnya.
Dia pun berharap, agar potensi dari kampung heritage bisa dipertahankan. Seperti masyarakat yang menjadi warga asli kampung heritage. Serta bangunan ikonik yang ada di dalam kampung.
Sementara Pengamat Heritage sekaligus Dosen Arsitektur ITN Malang, Ir. Budi Fathony, MT., melihat sejauh ini respon mahasiswa dengan adanya perkembangan Kayutangan, sangat bagus. Banyak akademisi yang juga melakukan penelitian di dalam kampung heritage.
“Namun hal yang harus diperhatikan, kearifan lokal masyarakat setempat harus dipertahankan. Baik dari segi budaya maupun arsitektur,” dia mengingatkan.
Selain itu dari sisi kajian arsitektur, yang menjadi ciri khas kota. Seperti landmark Toko OEN, Avia, Gereja dan arsitektur tingible (kolonial) lainnya, harus tetap dipertahankan sesuai dengan bentuk aslinya.
Agar wisatawan yang datang, tidak hanya sekadar menikmati keindahan dan kuliner. Tetapi juga bisa memahami sejarah yang ada.
“Harus ada upaya-upaya lebih masif dari Pemkot Malang, dalam berkoordinasi dengan akademisi maupun pokdarwis. Untuk membuat inovasi-inovasi dalam konteks branding, peningkatan ekonomi dan lain sebagainya di kampung Kayutangan Heritage,” demikian tegasnya. (Yolanda Oktaviani – Ra Indrata)