Malang Post – Komisi V DPR RI melakukan kunjungan kerja spesifik ke Pasar Induk Among Tani Kota Batu, Jumat (8/9). Selama berada di pasar tiga lantai itu, mereka melihat dengan detail setiap fasilitas yang ada. Mulai dari kios, los, toilet, ruang laktasi dan lainnya.
Setelah melihat dengan detail pasar yang dibangun dengan total anggaran Rp166 miliar itu. Mereka menilai Pasar Induk Among Tani sangat luar biasa. Megah dan telah dilengkapi berbagai fasilitas penunjang. Meski begitu, mereka menemukan ada satu fasilitas yang perlu dan segera dipenuhi. Yakni tempat pengelolaan sampah.
Ketua Tim Kunjungan Kerja, Sadarestuwati menyatakan, pasar tersebut masih perlu dikembangkan. Terutama dalam hal pengelolaan sampah. Dia menemukan, di pasar seluas 34 ribu meter persegi itu belum ada TPS3R-nya.
“Maka dari itu, TPS3R harus segera disiapkan. Pasar harus ada pengelolaan sampahnya. Mungkin kemarin mereka kelupaan menganggarkan TPS3R di pasar ini. Karena itu, keberadaan TPS3R harus sesegera mungkin dibuat,” tegasnya.
Dia menambahkan, soal kebersihan dan ketertiban para pedagang, juga harus jadi perhatian utama. Sebab melihat megahnya pasar tersebut, ketika tidak dirawat dengan baik, maka akan percuma.
“Jika tidak dirawat dengan baik, para penghuninya ‘kemproh’ (jorok.red). Kasian para pengunjungnya,” tuturnya.
Dalam kunjungan kerja itu, pihaknya juga ingin melihat secara langsung pembangunan pasar modern yang ada di Kota Batu. Sebab pasar tersebut dibangun dengan anggaran yang cukup besar.
“Dengan anggaran sangat besar. Kami ingin tahu kesiapan pedagang ketika sudah masuk. Serta penataan para pedagangnya seperti apa. Sebab pedagang yang akan menghuni pasar ini beragam. Mulai dari makanan, tekstil, pracangan, emas dan lainnya,” katanya.
Dengan keberagaman pedagang tersebut, maka setiap kategori pedagang harus dipisahkan penempatannya. Selain itu, tentang ketersediaan dan kecukupan fasilitas umum. Seperti lahan parkir dan toilet harus dipastikan tercukupi.
“Dari segi arsitektur bangunan, kami melihat pasar ini sudah sangat bagus. Tinggal bagaimana nanti pengelolaannya. Kami akan tunggu, seperti apa pengelolaan pasar ini dari Pemkot Batu,” ujarnya.
Lebih lanjut, pihaknya juga mewanti-wanti agar seluruh pedagang lama tetap bisa berniaga di pasar tersebut. Jangan sampai pedagang lama tidak mendapat tempat.
Sementara itu, Anggota Komisi V DPR RI, Sri Rahayu menambahkan, keberadaan pasar tersebut sangat luar biasa. Sirkulasi udara sangat bagus, karena ada dari berbagai sisi.
“Dengan berbagai fasilitas yang ada. Kami yakin akan membuat pedagang semakin nyaman. Sebab kenyamanan pedagang dan pengunjung adalah satu hal yang sangat penting,” ujarnya.
Untuk memberikan usulan lebih lanjut, pihaknya akan melihat terlebih dahulu bagaimana pengembangan pengelolaannya. Serta pemanfaatan dari pasar tersebut seperti apa. Sebab anggaran yang digelontorkan tidaklah sedikit.
“Dengan anggaran yang cukup besar itu, kami ingin melihat sejauh mana kemanfaatan pasar ini bagi warga masyarakat Kota Batu. Baik dari sudut pandang pedagang, konsumen dan pemerintah daerah. Dengan harapan semuanya nyaman dan pemerintah daerah bisa mendapatkan PAD (pendapatan asli daerah) dari keberadaan pasar ini,” jelasnya.
Sementara itu, untuk permasalahan TPS3R di Pasar Induk Among Tani. Sebelumnya Pemkot Batu telah berencana membuat TPS3R di lokasi tersebut. Mengingat nantinya akan ada 2.209 pedagang dan 1.097 pedagang kaki lima akan menempati pasar itu.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menyampaikan, dengan banyaknya pedagang itu, otomatis volume sampah cukup tinggi. Sehingga hadirnya TPS3R di pasar induk sangat dibutuhkan.
“Tak sekedar membuat TPS3R di pasar induk. Tapi sesuai rencana sebelumnya, TPS3R di Pasar Induk Among Tani dan Balai Kota Among Tani akan menjadi percontohan bagi seluruh masyarakat untuk mengurangi volume sampah,” tandasnya. (Ananto Wibowo)