Malang Post – Sepekan penutupan TPA Tlekung, permasalahan sampah di Kota Batu tak selesai begitu saja. Banyak masyarakat Kota Batu yang belum siap akan hal tersebut. Hingga dampaknya, sejumlah oknum masyarakat nekat mbuang sampah di sembarang tempat.
Tempat-tempat yang jadi sasaran pembuangan sampah itu seperti pinggiran jalan, tanah kosong milik warga hingga yang terparah di aliran sungai. Dengan temuan tersebut, sepertinya Pemkot Batu perlu melakukan sosialisasi yang lebih masif. Agar masyarakat bisa sadar untuk melakukan pilah sampah. Serta tidak membuang sampahnya di sembarang tempat.
Ketua Komisi C DPRD Kota Batu, Khamim Thohari menyatakan, hingga saat ini setelah TPA Tlekung ditutup, banyak oknum masyarakat yang buang sampah sembarangan. Karena itu, dia mengusulkan agar Pemkot Batu memanfaatkan seluruh ASN-nya, untuk melakukan sosialisasi masalah sampah hingga le tingkat RT/RW.
“Di Kota Batu ASN-nya ada sekitar 3000 orang. Jika setiap Jumat mereka digerakkan untuk sosialisasi ke RT/RW soal sampah. Kami yakin masalah persampahan akan bisa segera teratasi,” tutur Khamim, Kamis (7/9/2023).
Dia berharap, usulan tersebut bisa segera ditindaklanjuti. Sebab permasalahan sampah di Kota Batu makin hari makin menjadi. Jangan sampai Kota Pariwisata Batu malah jadi kota pariwisata sampah.
“Agar prosesnya cepat, mungkin bisa segera dibuat surat edaran (SE) Wali Kota tentang sosialisasi tersebut. Kemudian dalam SE itu juga harus ada sanksinya. Agar semua ASN yang diterjunkan bekerja. Jangan yang kerja hanya tiga. Sedangkan yang 20 hanya foto-foto,” tegas Khamim.
“Setelah SE itu dikeluarkan, maka setiap hari Jumat ASN bisa turun ke masyarakat. Jika semuanya turun maka dampaknya akan sangat luar biasa. Apa salahnya mencoba hal tersebut,” imbuh Khamim.
Sementara itu, Kepala DLH Kota Batu, Aries Setiawan mengakui, jika ada beberapa oknum masyarakat yang membuang sampah di sungai dan pinggiran jalan. Untuk mengatasi masalah persampahan, saat ini pihaknya menyerahkan kepada masing-masing desa/kelurahan.
“Kami di DLH saat ini fokus menangani sampah di kawasan perkotaan. Total ada 21 ruas jalan kawasan perkotaan yang kami tangani. Sedangkan sampah di desa/kelurahan menjadi tanggungjawab mereka. Begitu juga di tempat-tempat usaha, pariwisata dan lainnya,” kata dia.
Beberapa kawasan dan ruas-ruas jalan yang saat ini masih ditangani DLH itu diantaranya seperti kawasan Balai Kota Among Tani, Alun-alun, pasar, Jalan Pattimura, Jalan Agus Salim, Jalan Sultan Agung, Jalan Hasanuddin dan sejumlah ruas jalan lainnnya.
Untuk mengelola sampah dari kawasan tersebut, pihaknya memanfaatkan dua TPS3R. Yakni TPS3R yang ada di kawasan Stadion Brantas dan TPS3R Kelurahan Temas.
“Diluar daerah-daerah tersebut. Maka pengangkutan sampah ke TPS3R menjadi tanggungjawab masing-masing desa/kelurahan. Pengangkatan sampah harus dilakukan mukai pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB,” ujarnya.
Dengan adanya berbagai permasalahan itu, pihaknya berharap kelompok swadaya masyarakat (KSM) untuk mengolah sampah segera terbentuk. Di Kota Batu, yang sudah terbentuk KSM di Kelurahan Temas dan Desa Tlekung.
“Di Kelurahan Temas misalnya ada 5200 KK. Nantinya setiap KK akan iurannya Rp10 ribu per bulan untuk biaya penanganan sampah. Jika dihitung Rp10 ribu dikalikan 5200 KK, KSM temas akan mengelola dana Rp52 juta. Uang tersebut yang nantinya aka menghidupi TPS3R di masing-masing desa/kelurahan,” jelasnya.
Pihaknya meyakini, di masing-masing desa/kelurahan Kota Batu bisa mandiri dan mampu menerapkan hal tersebut. Masalah anggaran ada APBDes dan suport dari DLH Kota Batu.
“Setelah sampah dikelola dengan baik di masing-masing desa. Nantinya hanya sampah residu yang akan dikirim ke TPA Tlekung. Pengiriman bisa dilakukan setelah mesin insinerator datang. Sampah-sampah residu itu akan langsung dihancurkan di hari itu juga,” tuturnya.
Dengan adanya sampah residu yang akan masuk ke TPA Tlekung, Koordinator Tim Peduli Lingkungan Hidup Desa Tlekung, Samsul Arifin tidak setuju. Sebab saat ini TPA Tlekung sudah overload. Alangkah baiknya jika DLH mengatasi tumpukan sampah yang ada di TPA Tlekung terlebih dahulu.
“TPA Tlekung itu sudah overload. Kok masih mau ditambah terus. Meski hanya sampah residu, kalau dihancurkan mungkin hanya akan berubah bentuk. Nah nanti setelah dihancurkan mau ditaruh mana, kalau kondisi TPA saat ini overload,” tandasnya. (Ananto Wibowo)