Malang Post – Universitas Negeri Malang (UM) kembali menyelenggarakan proses pengukuhan Guru Besar pada Rabu (6/10/2023). Untuk lima dosen dari beberapa fakultas.
Yakni Prof. Dr. Tri Kuncoro, S.T., M.Pd., Guru Besar dalam Bidang Ilmu Media Pembelajaran Pendidikan Vokasional/Teknik Sipil/Teknik Bangunan, pada Fakultas Teknik UM. Orasinya: “Peranan Mahasiswa Teknik Sipil dalam Menghadapi Society 5.0”.
Kedua, Prof. Dr. Ibrohim, M.Si., Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengembangan Keprofesian Guru Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas. Orasinya: “Pengembangan Keprofesian Guru Sains Melalui Komunitas Belajar Dalam Mendukung Pendidikan Abad Ke-21”.
Ketiga, Prof. Dr. Hanik Mahliatussikah, S.Ag., M.Hum., Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Sastra Arab pada Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Keempat, Prof. Dr. Muntholib, S.Pd., M.Si., Guru Besar dalam bidang ilmu Strategi Pembelajaran Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universita Negeri Malang. Orasinya: “Pembelajaran Sains Kimia Abad Ke-21”.
Kelima, Prof. Dr. Muslihati, S.Ag., M.Pd., Guru Besar dalam Bidang Ilmu Bimbingan dan Konseling Multibudaya pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Orasinya: “Insersi Budaya Nusantara dalam Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Penguatan Identitas Diri Remaja Indonesia”.
Prof Hanik menjelaskan, dalam orasinya dia menulis Alquran adalah salah satu objek material Sastra Arab, yang berada dalam derajat keunggulan tingkat satu. Baik dari sisi lafadh maupun makna.
Keunggulan Alquran (i`jazul Qur`an), tidak hanya berhenti pada sisi bahasa dan sastra saja, tidak hanya i`jaz bayani saja. Namun juga terdapat i`jaz ilmiy, i`jaz tasyri`iy, i`jaz ghibiy dan i`jaz adadiy.
“ALquran sumber ilmu pengetahuan yang tak habis digali dan dikaji. Semakin dikaji maka akan semakin memberikan ruang baru untuk kajian berikutnya,” katanya.
Dengan keberadaan Alquran ini, pembelajaran sastra Arab tidak akan pernah kehabisan tema kajian. Alquran terbebas dari keterbatasan ruang dan waktu. Walaupun turun di masa Nabi Muhammad SAW dan menggunakan bahasa Arab, namun inspirasi Alquran akan selalu relevan sampai kapanpun, di manapun dan bagi masyarakat di belahan dunia manapun.
Inilah yang disebut dengan Alquran shalihun likulli zaman wa makan. Alquran diturunkan dalam bahasa Arab yang merupakan bahasa rumpun Semit tertua, memiliki jumlah kata terbanyak di dunia dibanding dengan bahasa lainnya.
Bahasa Arab memiliki 12.302.912. Adapun bahasa Inggris hanya 600.000, bahasa Prancis 150.000 dan bahasa Rusia 130.000.
Bahasa Alquran adalah bahasa Arab yang memiliki derajat sastra berkualitas tinggi, mengandung makna yang mendalam dengan bahasa yang indah. Ilmu stilistika bahasa Arab dipelajari dalam ilmu Balaghah (sastra) dan ilmu uslub (gaya bahasa).
Sehingga dengan posisi Alquran yang berada dalam serajat tertinggi dari berbagai sisi maka pembelajaran sastra Arab hendaknya berbasis pada Alquran.
“Alquran harus dijadikan objek kajian yang pertama dan utama serta kiblat dalam pembelajaran sastra Arab,” urainya.
Seperti halnya Surat Ar-Rahman, yang memanfaatkan gaya bahasa repetisi mengandung metode pendidikan berupa mengubah pola pikir terlebih dahulu dalam rangka perubahan perilaku yang benar.
“Surat ini mengajarkan manusia untuk bersyukur atas nikmat Allah. Syukur dilakukan dengan hati, lisan dan perbuatan. Bersyukur akan berimbas pada bertambahnya nikmat. Nikmat akan menimbulkan kebahagiaan dan kebahagiaan adalah tujuan akhir dari kehidupan,” tandasnya.
Sementara itu Prof. Muntholib yang di awal penjelasan orasinya menjabarkan, ada Atsar dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu yang mengatakan, “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya. Mereka hidup di zaman mereka sendiri, bukan hidup di zamanmu.”
“Mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kamu diciptakan untuk zamanmu.”
“Atsar ini menunjukkan kepada kita, bahwa pendidikan yang kita berikan kepada anak didik kita saat ini, bisa berbeda dengan pendidikan yang dulu kita terima dari orang tua akademik kita,” sebutnya. (M. Abd. Rahman Rozzi)