Malang Post – Ketika Arema FC mengalahkan Bhayangkara Presisi FC, di pekan ke-11 Liga 1 2023/2024, pada Jumat (1/9/2023) lalu, ada sesuatu yang berbeda.
Yakni ketika sang pencetak gol pertama, Ginanjar Wahyu Ramadhani, melakukan selebrasi sambil meneteskan air mata.
Itu terjadi di menit ke-13, sesaat setelah pemain pinjaman dari Persija ini, menjebol gawang Awan Setho, kiper Bhayangkara FC, memanfaatkan umpan terukur dari Muhammad Rafli.
Usai memastikan bola masuk ke gawang, Ginanjar langsung berlari ke arah bench pemain. Dan kedua matanya kontan mengeluarkan air mata. Dia pun menyeka dengan kedua tangannya, sambil terus berlari mendekat.
Itu adalah gol perdananya bersama Singo Edan. Pemain 19 tahun itu, tampak merasa bangga dan terharu. Termasuk ada satu hal yang membuatnya menangis.
“Saya senang dan terharu. Tapi gol ini saya dedikasikan untuk sahabat, Achmad Maulana. Saya merasakan dan tahu betul apa yang dia rasakan sekarang,” katanya.
Musim ini kedua pemain muda itu, memang sama-sama dipinjamkan Persija ke Arema. Untuk bisa mendapatkan menit bermain yang lebih banyak.
Pekan lalu, Achmad berduka karena sang ayah meninggal dunia. Sehingga Ginanjar mendedikasikan gol itu untuk Maulana yang sedang bersedih.
Sebelumnya, Ginanjar sempat sebulan menghilang dari skuat Arema FC. Untuk mengikuti pendidikan Secaba (Sekolah Calon Bintara) Polri.
Tetapi siapa menduga, setelah kembali ke Arema FC, justru dia dapat kepercayaan sebagai pemain inti. Yakni saat melawan Persikabo dan Bhayangkara. Itu jadi sebuah keberuntungan tersendiri karena saat dia kembali, Arema FC ditangani pelatih baru, Jose Fernando Martins Valente.
Ginanjar pun memperlihatkan kerja keras dalam latihan, untuk dapat kesempatan bermain. Apalagi elama pendidikan, dia mengaku tetap berlatih. Sehingga saat kembali ke Arema FC, kondisinya tidak drop.
Di sisi lain, Arema bisa melewati laga ini dengan tidak mudah, karena Bhayangkara lebih banyak memberikan tekanan. Hanya saja, Arema bermain lebih efektif.
“Ini pertandingan yang sulit. Jarak pertandingan membuat kami butuh recovery lebih lama. Karena minim recovery, pemain kami lelah. Beruntung, Julian Schwarzer bermain bagus,” kata Fernando Valente.
Selama ditangani Fernando, Arema belum kebobolan. Sebelumnya, mereka menang 1-0 dari Persikabo 1973. Jadi, sistem pertahanan yang dibuat pelatih asal Portugal itu berhasil.
Padahal sebelum ditangani Fernando, Arema kebobolan 22 gol dari 10 pertandingan. Itu membuat mereka jadi tim paling banyak kebobolan.
Tak heran jika Arema FC benar-benar berubah total, sejak ditangani pelatih anyar. Mantan pelatih Shakhtar Donetsk B ini, berhasil mengubah gaya permainan Arema FC, lebih bertenaga dengan penguasaan bola di atas rata-rata.
Pemain Arema FC juga mencatatkan passing lebih banyak, dibandingkan sebelum ditangani ayah kandung gelandang Persebaya, Ze Valente itu.
Berdasar statistik yang dilansir Liga 1 Match, Arema FC menguasai jalannya pertandingan pada laga kontra Bhayangkara FC, 1 Agustus 2023 lalu dengan penguasaan bola sebanyak 54 persen berbanding lawan yang hanya 46 persen.
Passing pemain Arema FC juga sangat luar biasa, dengan mencatatkan 518 kali operan, 434 di antaranya sukses atau mencapai 84 persen. Artinya, pemain Arema FC hanya gagal melakukan operan sebanyak 84 kali, sangat minim untuk klub Liga 1.
Jumlah passing Arema FC itu menjadi yang tertinggi dalam 11 laga terakhir yang dijalani skuad Singo Edan musim ini. Gelandang Arema FC asal Argentina, Ariel Lucero menjadi pemain yang paling banyak melakukan operan, yakni sebanyak 61 kali.
Rifad Marasabessy dan Johan Alfarizi menjadi yang kedua dan ketiga yang mencatatkan operan terbanyak kedua dan ketiga, yakni 45 dan 33 passing.
Performa apik Arema FC ini menjadi modal skuad Singo Edan menantang Persita Tangerang pada pekan ke-12 Liga 1 2023-2024 di Stadion Kapten Dipta, Gianyar, Bali, Sabtu (16/9/2023) mendatang.
Fernando Valente sendiri mengaku menggunakan ilmu pengetahuan, untuk menangani Arema FC. Bukan hanya mengandalkan fisik pemain, Fernando Valente mengandalkan skema 4 – 4 – 1 – 1 untuk mengubah gaya bermain Arema FC.
Dengan skema ini, Arema FC tidak hanya kuat di sektor pertahanan, tetapi juga di lini tengah. Transisi cepat yang diperagakan pada laga terakhir kontra Bhayangkara FC menjadi bukti ketangguhan Arema FC. (Jpnn/ Ra Indrata)