Malang Post – Kepala bidang (Kabid) Pembinaan PAUD dan Pendidikan Informal, Disdikbud Kota Malang, Andayun Sri Afriana menyampaikan, pihaknya ikut berkontribusi pencegahan sekaligus menekan angka stunting di lingkungan pendidikan.
“Utamanya ditingkat PAUD dan informal. Kami telah menjalankan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Didanai lewat Bantuan Operasional Penyelanggaraan (BOP) PAUD,” terang Andayun, saat ditemui Hotel Ijen Suite Malang, Kamis (31/08/2023).
Selain dari itu, tambahnya, pelaksanaan program penguatan PAUD Holistik Integratif, mengandung tiga layanan. Yakni layanan kesehatan, perlindungan, dan pendidikan. Digunakan sebagai upaya dalam konteks pencegahan stunting.
“Kenapa mesti demikian, karena kami melihat sebagian guru PAUD. Ada yang kurang paham bagaimana memberikan makanan tambahan,” tambah dia.
Ia pun mencontohkannya, sebagaimana kemarin disampaikan oleh Dinkes Kota Malang. Setelah diberikan nasi, semestinya tidak ditambahi dengan mie goreng.
“Agar karbohidratnya tidak berlebihan pada menu makanan tambahan tersebut. Hal sepele seperti ini terkadang kurang dipahami oleh mereka (guru),” ujar Andayun.
Seharusnya, lanjut dia, ketika sudah ada nasinya. Guru memberikan lauk berupa ayam goreng atau ikan lele atau lainnya. Karena mengandung protein dan gizi yang bagus.
“Oleh karena itu, kami (Disdikbud) butuh kolaboratif bersama Dispangtan dan Dinkes. Bertujuan sama-sama bergerak aktif mencegah sekaligus menurunkan angka stunting di lingkungan pendidikan mulai PAUD, TK, SD maupun SMP,” tegas Andayun.
Bisa jadi kalau dari kewenangan Dinkes, kata Andayun, siswa – siswi diberikan obat penambah darah atau vitamin. Jika kolaborasi ini berjalan terus aktif dan saling melengkapinya. Siswa-siswi di lingkungan pendidikan di Kota Malang, bisa terhindarkan dari risiko stunting maupun stunting itu sendiri.
“Dalam proses penguatan kolaborasi dimaksud, peranan parenting (orang tua), sangat penting untuk bisa ikut mendukungnya,” jelas dia.
Karena, ujar Andayun, peranan orang (parenting) sedikit banyak mengetahui karakter anaknya. Nilai ekonomi yang kurang mampu dalam memenuhi asupan gizi maupun protein anak. Selain itu, pola makan anak yang kurang baik
“Kami memohon orang tua menginformasikan kepada pihak sekolah. Biar terkomunikasikan dengan baik. Agar sekolah bisa mengakomodir atau mengedukasinya. Kendati belum bisa seratus persen,” bebernya.
Di lingkungan PAUD itu sendiri, sudah ada program penguatan asupan gizi maupun vitamin. Yaitu program Piring Ku, tang sebelumnya dikenal dengan Empat Sehat Lima Sempurna.
“Mereka (guru) di PAUD telah mengetahui takarannya yang pas bagi anak-anak. Terkait gizi maupun proteinnya. Selain dilakukan oleh guru PAUD, Disdikbud juga telah MoU dengan Posyandu,” pungkasnya. (Iwan – Ra Indrata)