Malang Post – Wali Kota Malang, Drs H Sutiaji, dalam kampanye kota sehat wujudkan generasi hebat, menegaskan, perilaku hidup sehat mesti diawali dari diri pribadi dulu.
“Karena hidup sehat, bagian dari perilaku atau menjadi kebiasaan. Bisa dinilai sehat jasmani dan rohaninya, dalam perilaku kehidupannya sehari-hari,” tegas Sutiaji, saat ditemui di SDN Model Tlogowaru, Kedungkandang, Jumat (18/08/2023).
Untuk mencontohkan hidup sehat, katanya, baik jasmani maupun rohani. Bisa dilihat dalam kehidupan seseorang sehari-harinya. Di lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakatnya.
“Karena dari ketiga lingkungan tersebut, pengaruhnya sangat mendominasi. Hasilnya bisa sehat atau kurang sehat. Termasuk karakternya. Orang tua beserta anak atau guru yang mampu merasakannya,” tandasnya.
Pria pecinta kuliner pedas ini berpikiran, orang bisa menjalani hidup dengan sehat. Awalnya disebabkan karena perilaku kebiasaannya. Kemudian dijadikan sebagai sebuah kebutuhan dalam sehari-harinya.
“Bertujuan demi menjaga kesehatan, kebersihan, kenyamanan, keamanan serta ketahanan tubuhnya. Bertekad dan berkomitmen mengedepankan hidup sehat secara jasmani dan rohani,” ungkapnya.
Demikian halnya, seorang anak pun bisa hidup sehat atau tidaknya dapat dipengaruhi dari tiga lingkungan. Sebagaimana orang tuanya dulu, pernah mengalami hal sama sebelumnya.
“Anak kita akan bercermin pada keluarganya, lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakatnya. Pola hidup sehat harus diawali dari diri pribadi. Baru nantinya memberikan contoh orang lain,” cetusnya.
Lembaga pendidikan seperti SDN Model Tlogowaru ini, menurutnya, jika orang tua beserta guru sekaligus lingkungan masyarakatnya. Tidak memiliki kepedulian, dengan mencontohkan perilaku atau kebiasaan hidup sehat.
“Sudah barang tentu, anak kita atau murid akan jauh dari kata hidup sehat. Menjadikan orang bisa berpola hidup sehat, pastinya membutuhkan proses panjang. Tidak bisa secara instan seperti membalikkan tangan,” paparnya.
Untuk itu, lanjut Sutiaji, agar bisa mewujudkan cita-cita yang mulia (hidup sehat). Dibutuhkan penanaman dan penguatan visi dulu. Semuanya bertekad dan berkomitmen bersama, sehat itu hal utama dan penting.
“Kemendikbud, Riset dan Teknologi, dengan tegas menginstruksikan kepada kita di daerah. Berbicara kepentingan kesehatan, bukan untuk kepentingan orang lain. Melainkan kepentingan diri kita pribadi,” imbuhnya.
Pria asli Lamongan ini pun mengemukakan, tagihan BPJS Kesehatan di APBD Kota Malang. Diketahui cukup tinggi, dari yang dianggarkan oleh Pemkot Malang sebesar Rp200 miliar. Tapi tagihannya RS ke BPJS mencapai Rp500 miliar sampai Rp700 miliar.
“Ini menunjukkan pola hidup sehat di masyarakat kita masih belum terealisasi. Sebab kesadaran masyarakat akan hidup sehat patut kita tumbuhkan lebih gencar dan greget lagi,” bebernya.
Demikian halnya, penguatan hidup sehat di sekolah menuju kota sehat. Tidak cukup membangunnya dengan sehat fisik, imunisasi, gizi belaka. Tapi sehat rohani juga penting. Dibutuhkan sebagai penopang pada perilaku atau kebiasaan anak.
“Jangan dikira kesehatan rohani itu bukan hal penting. Justru kesehatan rohani (jiwa), dikuatkan dan disehatkan sejak awal. Setelah rohaninya kuat dan sehat, baru disehatkan jasmaninya,” tambahnya.
Hal senada, disampaikan pejabat Widyaprada Ahli Utama dari Jakarta, Harmanto. Menurutnya, pola hidup sehat baik jasmani maupun rohani. Merupakam harapannya semua orang hidup di dunia ini.
“Kami membawa pesan dari Kementerian untuk masyarakat Kota Malang. Pola hidup sehat diajarkan sejak dini. Baik itu sehat secara fisiknya, gizinya serta imunisasinya. Terakhir, kami setuju yang disampaikan Wali Kota Malang tadi, yakni sehat rohaninya,” tukasnya.
Pola hidup sehat bagian dari kebiasaan, dari kebiasaan itu menjadi tradisi atau budaya. Membudayakan hidup sehat, sama halnya budaya bagi orang yang suka hidup bersih.
“Kita lebih hidup tertib teratur, dengan kehidupan di keluarga, di lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakatnya senantiasa sehat,” tambahnya. (Iwan – Ra Indrata)