Malang Post – Perubahan iklim akibat El Nino sudah mulai terasa. Walaupun berdasarkan hasil prediksi, puncaknya akan berlangsung pada bulan Desember mendatang. Sementara dari pantauan BMKG Karangploso, di wilayah Jatim kemarau sudah terjadi sejak Bulan April lalu.
Menghadapi musim kemarau ini, Kota Batu dikategorikan masuk level siaga. Dengan prediksi akan berdampak pada bencana kekeringan. Hingga dapat mengakibatkan kebakaran hutan.
Dengan situasi tersebut, Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai meminta, semua pihak untuk melakukan upaya antisipatif. Sehingga kekeringan dan kebakaran hutan dapat dicegah. Karena dikhawatirkan akan berdampak pada ekonomi dan kesehatan masyarakat.
“Apabila diperlukan, dibuatkan satgas pencegahan sejak dini secara lintas sektor. Ini akan berpengaruh pada saat pengambilan keputusan dan penanganan di lapangan sehingga lebih cepat,” tuturnya.
Untuk mengantisipasi peristiwa-peristiwa tersebut, pihaknya telah melakukan rapat koordinasi (Rakor) dengan sejumlah instansi terkait. Mulai dari Bakorwil Malang, Kepala UPT Tahura R Soeryo, Kapolres Batu, BMKG Karangploso, Kepala BPBD Kabupaten Malang, Kepala BPBD Kota Batu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu dan Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan penyelamatan Kota Batu.
Pada Rakor tersebut, memutuskan akan dilaksanakan apel bersama siaga bencana di Coban Putri, Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, pada Sabtu 19 Agustus 2023 mendatang.
“Apel bersama itu bertujuan untuk menyatukan langkah antisipasi seluruh elemen masyarakat. Untuk bersama-sama mencegah bahaya kekeringan dan kebakaran hutan,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu memaparkan, jumlah kejadian bencana alam mengalami peningkatan. Dari 19 desa, ada tiga desa yang berpotensi mengalami kebakaran hutan. Yaitu Desa Sumberbrantas, Tulungrejo dan Giripurno.
“Pada tahun 2018 pernah terjadi kebakaran hutan seluas 24,25 hektare. Kemudian di tahun 2019, meningkat menjadi 397,25 hektare. Dimana sisa kebakaran hutan itu mengakibatkan banjir bandang di akhir tahun 2021 lalu di Desa Bulukerto,” paparnya.
Agung juga memaparkan, Kota Batu memiliki enam potensi bencana yang perlu diwaspadai. Yakni tanah longsor, banjir, cuaca ekstrem, kebakaran hutan, gempa bumi dan erupsi gunung berapi.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya melakukan beberapa langkah antisipasi. Salah satunya menerbitkan SK Wali Kota tentang Status Siaga Darurat Bencana Karhutla No. 188.45 / 106/KEP /422.012 / 2023.
“Selain itu, kami juga sudah melakukan koordinasi bersama Tahura R Soerjo dan Perhutani KPH Malang. Selain itu juga melaksanakan himbauan melalui media sosial dan sosialisasi mitigasi bencana,” papar Agung.
Lebih lanjut, dia juga mewanti-wanti seluruh masyarakat agar tidak melakukan pembakaran pada area hutan dan lahan. Pihaknya akan rutin melakukan patroli dan pengawasan lebih ketat. Serta rutin melakukan pemantauan titik api.
“Kami juga akan melakukan deteksi dini kebakaran hutan. Karena itu, bagi pendaki gunung saat naik dan turun wajib lapor. Saat turun mereka juga harus membawa turun masing-masing sampah. Kemudian para pendaki juga dilarang membuang putung rokok sembarangan. Serta wajib mematuhi arahan petugas,” tandasnya. (Ananto Wibowo)