Malang Post – Lereng Gunung Arjuno, tepatnya di kawasan Hutan Gunung Pucung, Desa Bulukerto, Kota Batu menjadi saksi. Digelarnya upacara kemerdekaan pertama kali dikawasan hutan Malang Raya. Dengan mengusung tema ‘Merdeka Hutanku’.
Upacara di tengah hutan, yang diikuti ratusan peserta itu dilaksanakan ProFauna Indonesia, kelompok tani hutan wono mulyo, Perhutani, Kostrad dan mahasiswa. Selain upacara, juga dilakukan serangkaian kegiatan lain. Yakni melakukan perawatan pohon yang ditanam di hutan lindung dan trekking ke dalam hutan.
Ketua ProFauna Indonesia, Rosek Nursahid menyatakan, tema Merdeka Hutanku diusung untuk mengajak masyarakat lokal dan para petani hutan agar turut terlibat. Jika pada era kemerdekaan ini, harus menjaga kelestarian hutan.
“Kami mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan. Karena bagi kami, merdeka itu berarti ketika hutannya sudah lestari. Serta dari hutan dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat,” tutur Rosek, Kamis (17/8/2023).
Agar bisa memberikan keuntungan, maka harus ada keselarasan fungsi ekonomi dan fungsi lingkungan atau ekologi. Dia juga memaparkan, upacara di tengah hutan itu punya tujuan utama untuk meningkatkan kesadaran akan kelestarian hutan. Serta meningkatkan jiwa nasionalisme dengan cara berbeda.
“Karena kami ini adalah orang yang sehari-hari berada di hutan. Mulai dari bertani di hutan dan lain sebagainya. Maka sesekali perlu melakukan upacara di hutan, untuk meningkatkan jiwa nasionalisme,” tuturnya.
Pihaknya bersyukur, jalannya upacara di hutan itu berjalan lancar. Sekitar 200 petani hutan dikawasan tersebut, sangat antusias mengikuti serangkaian upacara tersebut.
“Kata para petani hutan, ini merupakan upacara pertama yang dilakukan dikawasan hutan di wilayah Malang Raya,” ungkap Rosek.
Setelah upacara detik-detik proklamasi usai. Para peserta langsung diajak masuk ke dalam hutan yang lebih dalam. Apalagi hutan dikawasan tersebut kebanyakan ditanam sayur oleh petani hutan.
Dengan adanya hal tersebut, ProFauna telah melakukan pendekatan dan edukasi kepada para petani hutan. Mereka menyarankan untuk tidak menanam sayur dikawasan hutan tersebut. Sebab dikhawatirkan, terjadi banjir bandang seperti dua tahun silam.
“Akhirnya setelah dilakukan pendekatan, kami alihkan dengan menanam pohon buah dan pohon hutan. Seperti pohon beringin dan lain sebagainya. Penamaan itu sudah kami lakukan beberapa tahun lalu. Sekarang para peserta kami ajak untuk merawat pohonnya,” jelasnya.
Dengan cara mencabut gulma, rumput yang tubuh disekitar pohon dan tumbuhan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan pohon. Setelah ditanam beberapa tahun lalu, saat ini pohon-pohon tersebut sudah memiliki ketinggian sekitar 1,5 meter hingga 2 meter.
“Setelah itu kami juga ajak para peserta, terutama anak-anak muda untuk jalan ke hutan. Supaya mereka tahu kondisi hutan sekarang ini seperti apa,” tandasnya. (Ananto Wibowo)