Malang Post – Masyarakat Dusun Gangsiran Ledok, Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu meminta Pemkot Batu. Agar membuat bank data, perihal kesehatan warga sekitar TPA Tlekung. Khususnya warga yang ada di RT 1 dan 2 RW 4 serta warga RT 4 RW 2.
Kepala Dusun Gansiran Ledok, Mohammad Ansori menyatakan, cek kesehatan itu sangat diperlukan. Sebab warga di kawasan tersebut, setiap hari menghirup bau sampah yang tak sedap. Hal itu sudah berlangsung bertahun-tahun.
“Mulai berdirinya TPA Tlekung tahun 2003 lalu, warga sudah menghirup bau tak sedap. Pemeriksaan kesehatan sangat perlu, karena organ dalam itu tidak kelihatan. Tingkat kesehatan paru-paru seperti apa kan kami tidak tahu. Disitu juga banyak anak kecil dan lansia,” beber Ansori, Kamis (10/8/2023).
Sebab itu, dia meminta Pemkot Batu melakukan pengecekan kesehatan. Untuk mengetahui ada organ yang rusak atau tidak. Dikarenakan menghirup bau sampah setiap hari dan sudah berlangsung puluhan tahun.
“Warga di RT-RT tersebut merupakan radius terdekat dari TPA Tlekung. Jumlah orangnya sekitar 700 orang,” paparnya.
Selain itu, warga juga meminta Pemkot Batu untuk melakukan uji mata air. Sebab hingga saat ini masih ada kebocoran air lindi TPA Tlekung. Akibatnya sungai mulai kawasan Gansiran Ledok hingga ke Desa Junrejo tercemar air lindi.
“Di aliran sungai tersebut banyak sumber mata air. Karena itu, kami ingin Pemkot Batu melakukan uji mata air. Untuk mengetahui tingkat pencemaran. Apakah aman untuk dikonsumsi atau tidak,” tuturnya.
Karena saat ini masih musim kemarau, Ansori membeberkan jika air lindi yang bocor tidak terlalu banyak. Air lindi itu biasanya berwarna hitam pekat. Jika air itu terkena kulit, akan menyebabkan gatal-gatal.
“Sampai saat ini lindi masih bocor. Berhubung musim kemarau agak berkurang. Tapi saat musim penghujan, air lindi yang bocor cukup banyak. Berasal dari rembesan sampah, karena kolam penampungan lindi tidak cukup,” tuturnya.
Lokasi kebocoran lindi itu, menurut Ansori berada di selatan TPA Tlekung atau di kawasan Gangsiran Putuk. Di lokasi tersebut merupakan tempat lalu lalang pencari rumput.
“Jadi warga ini tiap hari tau betul kalau ada kebocoran. Bukan hanya katanya. Kebocoran itu belum juga ada tindak lanjut. Padahal sudah dilaporkan,” imbuh dia.
Tokoh Masyarakat Desa Tlekung, Samsul Arifin mengatakan, permasalahan bau sampah, lindi bocor dan lain sebagainya telah dilaporkan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu. Namun tidak ada tanggapan berarti. Sebelum akhirnya Pj Wali Kota Batu turun langsung. Untuk mengatasi permasalahan sampah.
“Kami sudah sering diajak rapat oleh DLH. Tapi tidak ada hasilnya. Malah mereka menceritakan jika pekerjaan DLH bukan hanya mengurus sampah,” tutur dia.
Berdasarkan informasi dari petugas TPA Tlekung, Samsul mengungkapkan, jika sebenarnya TPA Tlekung sudah overload sejak tahun 2015. Akan tetapi tidak pernah ada tindak lanjut berarti.
“Kemana saja pegawainya. Mereka dibayar negara dari uang rakyat untuk menyelesaikan permasalahan sampah. Tapi kenyatannya, tidak ada hasil kerjanya. Orang Jepang itu kalau tidak bisa melaksanakan tugas mundur. Tapi disini tidak punya malu,” tegas dia.
Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Kota Batu, Khamim Thohari usai menggelar hearing bersama masyarakat Desa Tlekung menyampaikan, jika masyarakat merasa risau. Apabila permasalahan sampah itu tak selesai dalam satu bulan. Kemudian ditinggal Pj Wali Kota untuk menepati janjinya.
“Masyarakat risau. Kalau Pj Wali Kota mundur nanti yang meneruskan mengatasi permasalahan tersebut siapa. Mereka khawatir jika penanganannya tidak maksimal seperti sebelum-sebelumnya,” tutur dia.
Khamim juga menilai, kinerja DLH Kota Batu untuk mengatasi permasalahan sampah sebelumnya tidak maksimal. Katanya sudah ada mesin penghancur sampah, tapi tidak pernah digunakan secara maksimal.
“Malah kepala DLH Kota Batu menunjukkan ke saya ada mesin bagus tapi di Tangerang. Sudah tau bagus tapi tidak dibeli. Padahal mesin yang ada sekarang tidak optimal. Selain itu mesin yang perbantuan juga sudah diminta lagi oleh pihak ke tiga,” beber dia.
Selain membeli alat yang lebih canggih. Untuk mengatasi permasalahan sampah, pihaknya juga mengusulkan untuk membuat Perda penanganan sampah dari hulu. Atau pilah sampah dari rumah. (Ananto Wibowo)