Malang Post – Kasus demam berdarah (DB) di Kota Batu, pada tahun 2022 lalu cukup tinggi. Karena itu, saat ini Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu gencar melalukan berbagai upaya pencegahan. Bertujuan untuk menekan lonjakan kasus DB pada tahun ini.
Kabid Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana Dinas Kesehatan Kota Batu, dr. Susana Indahwati menyatakan, meskipun saat ini masih musim kemarau. Namun terkadang masih disertai hujan yang menciptakan genangan air.
Hal ini dikhawatirkan bisa memicu berkembangbiaknya nyamuk, yang dapat menyebabkan penularan penyakit seperti demam berdarah atau demam chikungunya.
“Masyarakat harus waspada dan menghindari genangan air. Lalu menggunakan kelambu atau insektisida untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk. Serta memastikan area sekitar rumah bebas dari tempat pembiakan nyamuk,” ujar Susana, Kamis (10/8/2023).
Berdasarkan data Dinkes Kota Batu, angka penderita DB di Kota Batu tahun lalu cukup tinggi. Tercatat penderita mulai Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Syok Syndrome (DSS) di tahun 2022 lalu mencapai 416 kasus. Rinciannya, DBD 155 kasus, DSS 7 kasus dan DD 254 kasus. Dimana dari jumlah tersebut 2 penderita di antaranya meninggal dunia (MD).
Sebab itu, pada tahun ini pihaknya berupaya meminimalisir kasus DBD. Dengan meningkatkan koordinasi dengan contact person Rumah Sakit (RS). Melalui upaya tersebut, data kasus DBD maupun DD dan DSS dapat segera disampaikan ke Dikes. Untuk selanjutkan dilakukan PE sebagai upaya memutus rantai penyebaran kasus.
“Selain itu juga terus diupayakan peningkatkan kewaspadaan masyarakat dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Kemudian Puskesmas secara berkala juga melakukan pemantauan jentik bersama kader jumantik di tiap desa/kelurahan se-Kota Batu,” jelas Susan.
Dia juga memaparkan, angka bebas jentik atau ABJ harus diatas 95 persen. Jika dibawah angka tersebut, harus dilakukan pemberantasan sarang nyamuk. Meski begitu, sejauh ini AJB di Kota Batu masih diangka 97 persen.
Dengan berbagai upaya tersebut, angka kasus demam berdarah sudah mulai menurun. Mulai awal 2023 hingga kini jumlah DBD tercatat 56 kasus, DSS 1 kasus dan DD 41 kasus. Adapun sebaran kasus DBD paling tinggi ada di Kecamatan Batu dengan 28 kasus, kemudian Kecamatan Junrejo 20 kasus dan Kecamatan Bumiaji delapan kasus.
Meskipun sudah menurun, namun kewaspadaan juga harus ditingkatkan menyusul cuaca tak stabil. Karena di awal musim kemarau yang panas ini, sering disertai hujan secara tiba- tiba yang bisa menyebabkan infeksi saluran pernapasan.
“Musim kemarau dapat menyebabkan peningkatan debu dan partikel yang mengambang di udara. Hal ini dapat memicu iritasi saluran pernapasan dan meningkatkan risiko infeksi seperti bronkitis, dan pneumonia,” jelas Susan.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Batu, dr. Kartika Trisulandari menghimbau, seluruh masyarakat agar menerapkan 3M Plus. Yakni menguras, menutup dan mengubur. Plus hindari gigitan nyamuk, tidur menggunakan kelambu dan menyalakan obat nyamuk.
“Namun jika sudah muncul gejala-gejala yang mengarah ke DB. Agar segera mendatangi layanan kesehatan terdekat,” tuturnya.
Beberapa gejala DB diantaranya pasien mengalami demam, ruam, serta nyeri otot dan sendi. Sedangkan pada kasus yang parah, terjadi pendarahan hebat dan syok, yang dapat membahayakan nyawa. (Ananto Wibowo)