Bukan salah kiper muda asal Filipina, Julian Garcia schwarzer, kalau sampai gawang Arema FC, kebobolan empat gol. Ketika menjamu Barito Putera, di pekan ke-6 Liga 1 musim 2023/2024.
Tetapi memang pertahanan Singo Edan, yang terlalu mudah ditembus lawan. Terutama di babak pertama. Saat laga berlangsung di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali. Sabtu (5/8/2023) sore.
Karena saat Ichaka Diarra masuk di awal babak kedua. Menggantikan posisi Mikael Alfredo Tata, pertahanan itu terbukti cukup rapat.
Berduet dengan Charles Raphael de Almeida sebagai duet bek tengah, pemain asal Mali itu berkali-kali berhasil mematahkan serangan Barito Putera.
Terlebih dengan bergesernya Bagas Adi Nugroho ke bek sayap kiri, membuat pintu masuk serangan Barito, bisa tertutup dari satu sisi.
Kalau pun ada satu gol yang ditambah di babak kedua. Lewat Murilo Otavio Mendes, menit ke-73, lebih karena keberuntungan.
Dalam sebuah skrimit di mulut gawang, tendangan Bagus Kahfi, membentur badan Muhammad Rafli. Bola liar itu justru mengarah ke depan gawang Arema FC dan posisi Murilo Mendes, sudah bebas tak terkawal.
Dengan tendangan kerasnya, bola itu meluncur tajam. Tanpa bisa lagi di cegah oleh Julian Gracia Schwerzer. Yang hanya bisa geleng-geleng kepala, karena gawangnya dibobol empat kali.
Penampilan kedua Schwerzer sendiri sore itu, tidaklah terlalu jelek. Dia beberapa kali melakukan save yang krusial. Justru ketika langsung berhadap-hadapan dengan pemain lawan.
Refleknya terbukti masih cukup ampuh. Tandukan Makan Konate dari depan mulut gawang, mampu di blok dengan tangan kirinya.
Pun saat one on one dengan Gustavo Henrique Tontancins, Julian berhasil mematahkan serangan itu. Tanpa harus melakukan pelanggaran di dalam kotak 16.
Bahkan di babak pertama, Julian Schwarzer tidak terlalu banyak melakukan aksi-aksi brilian.
Tetapi justru kali pertama bola di pegang, ketika kiper berusia 23 tahun itu, harus mengambil dari dalam gawang. Setelah tendangan penalti Gustavo Henrique Barbosa Freire Tocantins, tidak mampu dibendung.
Arema pun sudah tertinggal satu gol, ketika pertandingan baru berlangsung di menit ke-13.
Penalti itu sendiri diberikan wasit Yudi Nurcahya. Setelah benteng Arema FC, Charles Raphael Almeida, menjatuhkan Murilo Otavio Mendes, di dalam kotak penalti.
Dan setelah itu, Julian juga tidak pernah memegang bola. Hingga menit ke-24, kembali dia harus memungut bola dari dalam gawangnya.
Kali ini setelah Murilo Otavio Mendes, berhasil memanfaatkan umpan matang yang disodorkan Bagas Kaffa, dalam sebuah serangan balik.
Tendangan kerasnya, tidak mampu di blok Charles Almeida, meski sudah menjatuhkan badan. Sedangkan posisi Julian, sudah mati langkah dan hanya bisa memandang bola, menyusur ke pojok kanan gawang.
Keroposnya pertahanan Arema FC, juga menjadikan Julian, lagi-lagi harus memungut bola dari dalam gawang. Sekalipun di sepanjang 37 menit pertandingan itu, dia tidak pernah melakukan penyelamatan-penyelamatan dari gempuran Barito Putera.
Kali ini gol dimulai dari bola liar dari sektor kanan gawangnya. Dari luar kotak penalti, sembari menyisir masuk ke tengah, Murilo Otavio Mendes, melepaskan tendangan menyilang.
Putra mantan kiper Chelsea, Mark Schwarzer, yang berpaspor Filipina itu, sebenarnya sudah menjatuhkan badan ke kiri. Untuk bisa menepis tendangan keras tersebut. Tetapi arah bola tak terjangkau dan bersarang ke pojok kiri gawang Arema.
Praktis hingga menit ke-37, Arema FC sudah tertinggal 0-3 dari tim tamu, Barito Putra.
Padahal sejak awal, pelatih Arema FC, Joko ‘Gethuk’ Susilo, sudah menurunkan formasi terbaiknya. Yang diturunkan ketika Singo Edan, menahan imbang 1-1, tuan rumah Persis Solo, Sabtu (5/8/2023) lalu.
Tetapi strategi yang diusung Rahmad Darmawan, untuk bisa mengambil poin dari kandang Arema FC, justru terbukti lebih efektif.
Permainan simpel yang diterapkan Barito Putera, ternyata mampu memporakporandakan pertahanan Arema FC. Bahkan dari sisi penguasaan bola, tim tamu unggul 53 persen.
Itulah yang menjadikan sang murid, Joko ‘Gethuk’ Susilo, harus mengakui kemampuan gurunya, Rahmad Darmawan.
Karena Arema FC sore itu, harus rela meninggalkan lapangan dengan kepala tertunduk. Mereka tidak saja kalah 0-4. Tetapi juga tidak mampu bergerak dari dasar klasemen. Enam laga tidak pernah menang. (Ra Indrata)
Para pemain Arema kelasnya masih dibawah, kurang speed, kurang fisik, kurang bisa olah bola, pelatih yg tdk paham karakter tiap2 pemain Krn tdk bs cari pemain yg baik atau TDK, Krn pemain Arema hampir semuanya kurang ngeyel Krn fisik yg loyo, manajemen hrs cari pemain yg punya skill yg tinggi dan didukung dg fisik yg kuat pula.