Malang Post – Pentas Padang Bulan, yang digelar rutin setiap malam bulan purnama. Berhasil menyedot minat masyarakat untuk menyaksikan. Total ada sekitar 500 penonton yang terbius penampilan para seniman. Pentas itu digelar di Ampiteater Sendratari Arjuna Wiwaha, Kelurahan Sisir, Kota Batu.
Bertepatan dengan bulan Kemerdekaan RI. Dalam pentas yang diisi oleh kelompok seni se-Kota Batu itu, mengusung tema: ‘Rampak Barong Heroik Perjuangan Kemerdekaan’. Kegiatan itu digelar, guna melestarikan kesenian lokal Kota Batu.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai turut menyaksikan pagelaran tersebut. Pentas dimulai setelah Pj Aries menyerahkan kepala rampak barong kepada seniman tari Kota Batu. Sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap kesenian dan kebudayaan lokal.
“Saya memberikan apresiasi terhadap kegiatan rutin Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu, yang setiap bulan rutin menggelar pentas tersebut. Secara bergantian sanggar-sanggar seni se Kota Batu menampilkan akasinya. Semoga dengan kegiatan ini kesenian Kota Batu semakin maju,” tutur Aries, Jumat (4/8/2023).
Dengan adanya pentas kesenian rutin itu. Aries berharap, bisa menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Kota Batu.
“Kami yakin dapat menarik minat wisatawan untuk menyaksikan. Apalagi lokasi pentasnya juga sangat strategis. Berada di tengah kota, tidak jauh dari Alun-alun Kota Batu. Apalagi turut didukung dengan kesejukan udara,” ujar dia.
Selain itu, menurutnya melalui pertunjukan tersebut, sangat potensial untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi disekitar lokasi Sendratari Arjuna Wiwaha.
Rampak Barong itu sendiri, mengangkat kolaborasi seni drama Tari Arjuna Wiwaha dengan kesenian Rampak Barong khas Kota Batu.
“Pentas Padang Bulan ini rutin diselenggarakan setiap tanggal 15 penanggalan Jawa. Sebagai perayaan seni dan budaya yang gratis disaksikan untuk umum,” ujar dia.
Sementara itu, Kepala Disparta Kota Batu, Arief As Siddiq menyatakan, pihaknya akan menjadikan pertunjukan seni Padang Bulan, sebagai ikon wisata budaya di Kota Batu. Selain juga sebagai bentuk fasilitas bagi pelaku seni, untuk menampilkan kebolehannya yang bisa dijadikan hiburan dan edukasi.
“Dengan adanya wisata berbasis budaya, keberagaman wisata di Kota Batu akan semakin lengkap. Sehingga tidak hanya destinasi wisata alam, buatan dan desa wisata saja yang dimiliki. Karena sekarang juga ada wisata budaya seperti di Bali dan Yogyakarta,” tutur Arief.
Kedepannya dia ingin agar destinasi wisata budaya itu bisa diintegrasikan dalam paket wisata. Sehingga bisa dikomersialkan untuk wisatawan. Dengan begitu pelaku seni mendapatkan nilai ekonomi, yang nantinya bisa memacu mereka berkreasi. Pemikiran itu terinspirasi dari pentas seni pertunjukkan tradisi seperti di Yogyakarta.
“Misalnya setiap wisatawan dikenakan Rp50 ribu-Rp70 ribu. Maka pelaku seni akan mendapatkan income yang bisa mereka kelola. Kami akan mensuport semua kebutuhan pendukung gratis. Sehingga pentas seni tetap berjalan lancar dan seniman tak terbebani,” tutur dia.
Lebih lanjut, Arief juga menjelaskan penamaan Sendratari Arjuna Wiwaha berkaitan dengan topomini gunung yang ada di Kota Batu. Yakni Gunung Arjuna. Selain itu, nama Arjuna juga berkaitan dengan nama lakon pewayangan. Dimana lakon tersebut akan ditransformasikan dalam bentuk tarian yang akan dipentaskan di Sendratari Arjuna Wiwaha kepada wisatawan.
“Kami berkeinginan Kota Batu seperti Yogyakarta yang punya Ramayana. Lalu Bali punya Tari Kecak. Nah di Kota Batu punya tari Arjuna Wiwaha,” tandasnya. (Ananto Wibowo)