Malang Post – Perumdam Among Tirto Kota Batu, meluncurkan sebuah terobosan baru. Yang diberi nama Tandon Air ASI (Air Susu Ibu). Dibuat sebagai salah satu upaya Perumdam Among Tirto, untuk turut andil dalam menurunkan angka stunting.
Direktur Perumdam Among Tirto, Edy Sunaedy menyatakan, meski bernama tandon air ASI. Bukan berarti tandon itu berisi ASI murni. Namun tandon itu berisikan air, yang bebas obat penjernih air.
“Dengan hal tersebut, sehingga airnya layak dan aman dikonsumsi. Terlebih apabila air itu diminum oleh ibu menyusui. Diharapkan bisa menghasilkan ASI yang aman untuk bayi,” tutur Sokek sapaan akrab Edy Sunaedy, Kamis (3/8/2023).
Dia menjelaskan, air tanpa obat pemutih itu, berarti airnya tidak mengandung kaporit. Terobosan itu dia luncurkan guna menghilangkan kadar penyumbang stunting.
Sebagai langkah awal, tandon air ASI Perumdam Among Tirto Kota Batu barus tersedia di satu tempat. Yakni berada di Jalan Abdul Gani bawah. Meski baru satu, jika terobosan itu dirasa berhasil, pihaknya akan menambah tandon lagi.
“Jika terobosan ini bisa berkontribusi dalam upaya penurunan stunting dan pencegahannya. Maka Perumdam Among Tirto akan mengembangkan. Jika ini berjalan dengan baik, InsyaAllah kami akan bangun tandon air ASI lainnya,” tutur dia.
Lebih lanjut, dia menuturkan, jika air mentah memiliki kandungan bakteri Escherichia coli atau biasa disebut E-coli. Dimana bakteri tersebut bisa memicu terjadinya diare. Meski begitu, bakteri tersebut bisa mati apabila air telah direbus hingga suhu 100 derajat celcius.
“Bakteri itu akan mati, apabila air mentah dimasak hingga mendidih,” jelasnya.
Disisi lain, Sokek juga mengungkapkan, untuk kebutuhan suplay air, saat ini pihaknya mengelola enam sumber mata air. Diantaranya adalah Sumber Dandang, Ngesong, Gemulo, Banyuning, Kasinan dan Sumber Terembulok.
“Dari enam sumber tersebut, dikelola untuk mengaliri 18.100 Perumdam Among Tirto. Setiap tiga bulan sekali, kami juga secara rutin melakukan pengecekan kualitas air. Guna memastikan air yang dikonsumsi masyarakat dalam kualitas baik dan tidak tercemar,” tuturnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu, drg Kartika Trisulandari menyatakan, dalam penanganan stunting bukan hanya terkait asupan gizi yang harus terpenuhi. Namun juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat.
“Untuk intervensi perbaikan gizi dalam sektor kesehatan hanya memperbaiki 30 persen. Sedangkan intervensi yang pengaruhnya sangat besar adalah dari segi kondisi lingkungan. Dimana pengaruhnya mencapai 70 persen,” ujar Kartika.
Untuk melakukan intervensi lingkungan, kata Kartika, diperlukan kerjasama dengan seluruh perangkat desa/kelurahan di Kota Batu. Ini bertujuan untuk memastikan setiap keluarga mendapatkan air yang layak dan sanitasi yang baik.
Dia membeberkan, di Kota Batu, salah satu faktor penyebab stunting berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan, disebabkan karena limbah ternak. Itu dikarenakan banyaknya peternak yang membuang limbah ke aliran air.
“Untuk mengatasi permasalahan tersebut kami akan mengedukasi para peternak agar limbahnya tidak dibuang ke aliran air. Dengan memanfaatkan limbah itu menjadi kompos atau biogas,” katanya.
Perlu diketahui, prevalensi stunting di Kota Batu berada di angka 13,2 persen. Angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil bulan timbang pada Februari 2023 lalu. Pada tahun ini, Pemkot Batu menargetkan angka stunting turun menjadi 10,8 persen.
Berbagai program dicanangkan untuk menekan angka prevalensi stunting di Kota Batu. Salah satunya lewat program Bapak Bunda Asuh (BBAS). Dengan melakukan pendampingan dan upaya kolaboratif dari semua pihak. Lewat program itu, bertujuan untuk memastikan intervensi dalam penanganan stunting telah dilakukan sesuai rencana.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai mengungkapkan, setelah program itu berjalan beberapa bulan. Sedikit demi sedikit telah membuahkan hasil. Contohnya seperti balita stunting di Kelurahan Ngaglik, yang sudah menunjukkan perkembangan luar biasa.
“Para orang tua sangat terbantu dengan program ini. Sedangkan anak-anak tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai harapan,” ungkapnya.
Meski begitu, dirinya tetap berpesan kepada orang tua. Untuk selalu membangun komunikasi dengan baik, dengan para kader kesehatan di desa dan kelurahan. Juga selalu membawa balita ke posyandu untuk dipantau tumbuh kembangnya. (Ananto Wibowo)