
Malang Post – Tim Peneliti dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (UB), memberi pelatihan membatik eco-printing di Desa Bicak, Kabupaten Mojokerto, Senin (24/7/2023).
Pelatihan diikuti setidaknya sepuluh peserta, yang tergabung dalam Kelompok Sari Alam warga desa setempat. Dalam pelatihan ini, juga didukung oleh fasilitator dari LKP Ganesha Kepanjen.
“Tujuan pelatihan ini untuk membentuk skill peserta dari Kelompok Sari Alam, agar mampu membatik teknik eco-print, memanfaatkan potensi alam yang ada di sekitar Desa Bicak,” demikian fasilitator peneliti dari FISIP UB, Anik Susanti, SPd., MSi., Senin (24/7/2023) sore.
Para peserta pelatihan ini sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Namun, mereka juga punya keterampilan menjahit atau pengalaman bekerja di pabrik pembuatan sepatu.

Dalam teknik membatik eco-printing ini, motif yang digunakan memanfaatkan daun beberapa pohon. Diantaranya, daun pohon jenis Afrika, jarak kepyar, kenikir, genitri, daun suren, eukaliptus, dan jati, juga bunganya pohon waru.
Dikatakan, daun jenis pepohonan ini yang bergetah, yang memang cocok untuk dijadikan motif batik eco-print. Beberapa pohon ini, juga bisa ditemukan di wilayah desa setempat, yang punya matapencaharian utama pertanian.
Soal pelatihan bagi warga masyarakat Desa Bicek sendiri, kata Anik, menjadi rangkaian pendampingan pemberdayaan tim peniliti FISIB UB sejak 2019 silam. Selain dirinya, tim peneliti juga beranggotakan Nyimas Nadya Izana, MSi dan Lolita Puspa Siwi, MSi.
Lebih lanjut, ia optimis pelatihan batik eco-print ini punya proses penjualan ke konsumen luar negeri. Alasannya, minat orang asing terhadap produk ramah lingkungan sangat tinggi. Seperti halnya, di Amerika Serikat dan Inggris dan lainnya.
“Harapannya, batik eco-print yang dihasilkan bisa dipasarkan di luar negeri, karena merupakan produk ramah lingkungan. Orang asing itu punya kesadaran tinggi pada isu-isu lingkungan,” ungkap Anik.
Terlebih lagi, menurutnya pelatihan membatik ini akan ditindaklanjuti dengan pelatihan digital marketing, dengan platform khusus yang biasa diakses orang dari luar negeri tersebut.
Kreasi batik eco-print ini, selanjutnya bisa dikembangkan menjadi kerajinan lain yang lebih kreatif, seperti tas, kerudung, atau lainnya.
Kelompok warga Desa Bicek sendiri, sebelumnya sudah mendapatkan jenis pelatihan lain, diantaranya menjahit rajutan dan pengolahan minyak jelantah menjadi lilin.
Di antara peserta pelatihan, kata Anik, bahkan sudah pernah melayani penjualan pre-order, untuk hasil keterampilan tas rajut. Sekali pesanan, bisa didapatkan harga Rp120-250 ribu per tas rajut yang dibuatnya.
“Ke depannya, kemampuan yang dimiliki warga bisa menjadi unit usaha tersendiri yang juga didukung BUMDes, dan menjadi produk unggulan desa setempat, tidak sepenuhnya mengandalkan dari bertani,” yakinnya. (Choirul Amin)