Malang Post – Beberapa daerah di Kabupaten Malang, masih rawan krisis air bersih. Utamanya di kawasan Malang Selatan dan Utara.
Kata Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Kabupaten Malang, Dr. Ir. Budiar, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk, di Malang Selatan, daerah yang rawan krisis air seperti Kalipare, Donomulyo, Bantur, Pagak dan Sumbermanjing Wetan.
Sementara di Malang Utara, daerah yang masih rawan krisis air, ada di Singosari, Lawang dan Jabung.
“Beberapa penyebab terjadinya krisis air bersih, salah satunya bencana longsor dan kerusakan HIPAM,” katanya di acara yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM dan Youtube Channel Arema TV.
Menurut Budiar, untuk kasus krisis air di Singosari, terjadi karena kerusakan HIPAM dan diatasi dengan menyalurkan air bersih. Meski masih kurang.
“Harus ada antisipasi kalau HIPAM rusak, agar tidak merugikan masyarakat. Termasuk melakukan pemeliharaan HIPAM, dengan menggunakan ADD atau DD,” ujarnya.
Sementara dosen Jurusan Teknik Pengairan UB, Tri Budi Prayogo menyebut, supply dan demand tidak seimbang, menjadi salah satu kendala pemenuhan air bersih di Kabupaten Malang.
Secara topografi, katanya, memang ada beberapa daerah yang kesulitan untuk pemenuhan air bersih di Kabupaten Malang.
“Apalagi supply dan demand yang tidak seimbang. Dimana demand untuk air bersih, semakin tinggi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, dari tahun ke tahun,” jelasnya.
Untuk mengatasi krisis air bersih di Kabupaten Malang, lanjut Budi, dibutuhkan peran semua pihak. Termasuk masyarakat setempat.
“Khusus untuk Pemkab Malang, bisa membuat program yang mengarahkan masyarakat untuk menggunakan air secara optimal. Bukan maksimal untuk menjaga daya dukung sumber air,” sebutnya lagi.
Sedangkan kata anggota Komisi 3 DPRD Kabupaten Malang, Zia Ulhaq, DPRD Kabupaten Malang sudah mendorong program, untuk mengatasi krisis air bersih.
Termasuk menganggarkan Rp1,4 miliar, untuk mengatasi krisis air bersih di Sidodadi Lawang. Anggaran itu untuk pembangunan sumur artesis, pipanisasi dan meterisasi ke rumah warga. (Anisa Afisunani – Ra Indrata)