SORE itu, di bulan suci Ramadan tahun 2017, dari Kota Wisata Batu saya harus segera meluncur ke daerah Jabung Kabupaten Malang, kawasan khusus batalyon militer. Di markas Yonif 502 itu Jenderal Gatot Nurmayanto selaku Panglima TNI berbuka puasa bersama dengan prajurit Kostrad. Karier militer Pak Gatot sebagai prajurit banyak menduduki jabatan strategis di elite komando Angkatan Darat.
Sore itu saya mendapat amanah sekaligus tugas dari petinggi partai untuk menemui Pak Gatot, menyampaikan agar Pak Gatot bersedia bertemu dengan ketua umum partai, Ibu Megawati Soekarnoputri di Jakarta. Mungkin karena saya dianggap dekat dengan Pak Gatot, saya dianggap bisa menjembatani pertemuan itu dengan segera.
Memang saya mengenal Pak Gatot sejak beliau berpangkat kolonel, dan sering bertemu sejak meniti jenjang karier militer hingga Pak Gatot mencapai pucuk pimpimpinan sebagai Panglima TNI.
Sore itu menjelang acara buka puasa dengan para prajurit, saat melihat saya di ruang transit, Pak Gatot agak terkejut. Karena memang nama saya tidak masuk dalam tamu, tetapi kok saya ada di antara jajaran para pimpinan TNI.
Dengan tersenyum beliau mendatangi dan menjabat tangan saya. Kemudian kami berjalan beriringan dari ruang transit menuju tempat berlangsungnya buka puasa bersama. Saat itulah saya membisikkan amanah yang harus saya sampaikan, bahwa Ibu Ketua Umum ingin diagendakan bisa mengadakan pertemuan dengan Pak Gatot.
Pak Gatot sedikit terkejut, sampai menghentikan langkah, kemudian bertanya, apa ini serius? Beliau kemudian mengajak saya untuk ikut buka puasa bersama, dengan duduk lesehan di lapangan bersama seluruh prajurit. Selesai berbuka puasa dilanjutkan dengan sholat Mahgrib berjamaah, saya segera pamit untuk meneruskan acara berikutnya dengan seniman dan budayawan Emha Ainun Najib, di Balaikota Among Tani, Kota Wisata Batu.
Pak Gatot yang duduk lesehan persis di depan saya sempat menahan, tetapi setelah saya sampaikan bahwa ada acara yang menunggu kedatangan saya, beliau akhirnya mengerti. Dengan berbisik beliau mengatakan, akan diagendakan minggu depan untuk bertemu Ibu Ketua Umum.
Segera saya meninggalkan acara dengan Pak Gatot, Panglima TNI. Meskipun dalam hati saya merasa kurang sopan karena meninggalkan beliau padahal acara belum selesai, tapi hal itu harus saya lakukan, karena di saat yang sama saya harus menjadi tuan rumah acara pengajian Cak Nun dengan para santri Maiyah, yang jumlahnya hampir 10 ribu orang. Mereka sedang menunggu kehadiran saya.
Jarak tempuh dari Jabung ke balai kota saya perkirakan hampir satu jam, kalau jalanan tidak macet. Saya sangat cemas, karena itu saya minta pada driver untuk ngebut dan berusaha menghindari jalan yang biasanya macet.
Alhamdulillah, sejam kemudian kendaraan saya sudah memasuki halaman balai kota. Segera saya berlari kecil ke tempat acara, dan langsung naik ke panggung bersama Cak Nun. Acara pengajian langsung dimulai, berlangsung dengan syahdu tetapi meriah pada malam Ramadan yang penuh berkah.
Saya bersyukur, hanya dalam hitungan jam, pada hari itu saya telah menyelesaikan tugas dan bisa berjumpa dengan dua tokoh dalam bidangnya masing-masing.
Kota Wisata Batu sendiri adalah sebuah kota kecil, hanya terdiri dari tiga kecamatan, dengan jumlah penduduk tak sampai 225 ribu jiwa yang kebanyakan adalah petani. Meskipun wilayahnya kecil, lagi pula terhimpit beberapa wilayah kabupaten lain yang jauh lebih besar, tetapi penduduk kota ini memiliki cita-cita yang tidak sederhana.
Kota ini harus mampu mengembangkan dirinya hingga menjadi kekuatan ekonomi, sosial dan politik di Jawa Timur. Saat itu, kami yang berada di pemerintahan memang tidak mau terjebak oleh masalah birokrasi yang menyulitkan, apalagi terjebak dalam zona nyaman.
Alhamdulillah! Seminggu setelah acara berbuaka puasa bersama di Jabung itu, di markas TNI Cilangkap, Ibu Ketua Umum akhirnya bertemu dengan Panglima TNI. Didampingi Pak Gatot, ketua umum diminta memberikan bekal kepada para siswa dan siswi AKMIL/ AKPOL, sebelum keesokan harinya mereka dilantik oleh Presiden RI.
Pertemuan antara Ibu Ketua Umum dan Panglima TNI itu bisa terjadi karena tidak adanya ruangan yang dikelilingi dinding birokrasi. Ruangan itu juga tidak memiliki langit-langit berupa kepentingan politik sesaat, sebagaimana yang dikatakan Cak Nun pada pengajian Maiyah di Balaikota Among Tani sepekan sebelumnya, ojo kebablasen!
Sahabat ER ,
Semarang 1 Juni 2023.