Malang Post – Rektor Universitas Ma Chung, Prof. Dr. Murpin Josua Sembiring, SE., M.Si., adalah personifikasi tesis para internasionalis. Yang melihat Tiongkok, sebagai aktor global dan regional.
Tiongkok juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi di kawasan, termasuk Indonesia. Apalagi dengan kecenderungan implementasi China-Asean Free Ttrade Area, produk-produk Tiongkok akan membanjiri pasar domestik kita.
Indonesia hanya mampu mengimbangi raksasa kuning itu, bilamana paham salah satu kekuatannya. Bahasa!
Tak ada bahasa di dunia, tanpa filosofi kehidupan. Demikian halnya dengan bahasa mandarin. Piranti bahasa menjadi kunci memahami kemajuan sebuah entitas. Inggris, Spanyol dan Roma telah membuktikannya.
Berawal ketika ia sering mondar mandir ke daratan cina, waktu menjadi Rektor Universitas Widya Kartika Surabaya di periode tahun 2013-2017.
“Pelajaran baik dari mereka, harus bisa kita petik. Dan itu hanya bisa dilakukan, kalau kita paham dengan cara apa mereka berkomunikasi,” katanya.
Hal di ataslah, yang memproklamasikan keinginannya. Untuk membuat sebuah kampung Bahasa Mandarin.
Digagas sejak 2021 silam dan telah mendapatkan dukungan penuh dari warga Dusun Tumpuk. Serta Pemerintah Kabupaten Tulungagung. Akhirnya pada Sabtu (1/7/2023) resmilah berdiri Kampung Mandarin di desa tersebut.
Dalam paparannya, Prof. Murpin menjabarkan, berawal saat ia menjadi Rektor Widya Kartika Surabaya, yang juga pembina UMKM GKJW se Jawa Timur. Tiba-tiba dalam benaknya terbersit pikiran, untuk membuat kampung Bahasa Mandarin.
SAMBUTAN: Rektor Universitas Ma Chung, Prof. Dr. Murpin Josua Sembiring, SE., M.Si. dalam sambutannya di opening Grand Launching kampung Bahasa Mandarin, Sabtu, (1/7/2023) di Dusun Tumpuk Desa Besuki Kabupaten Tulungagung. (Foto: Abd. Rahman Rozzi/Malang Post)
“Dengan syarat awal, kira-kira ada gak rekomendasi tempat kampung Bahasa Mandarin. Dengan syarat minimal 50 persen warganya, bisa berbahasa Mandarin sehari-hari,” pikirnya.
Bak gayung bersambut, dalam diskusi bersama jemaat GKJW se Jawa Timur tersebut, akhirnya salah satu pendeta dan tokoh masyarakat di sana mengontaknya. Merekomendasikan Desa Tumpuk Tulungagung, yang sebagian besar warganya pekerja migran dari Taiwan dan Tiongkok.
Apalagi masih banyak pekerja migran, yang bekerja di luar dan mempunyai rumah bagus. Namun tidak ditempati alias kosong.
Rektor Ma Chung pun kemudian berpikir, jika ada yang minta tolong untuk memperbaiki taraf hidup dengan potensi yang ada. Sebetulnya hal ini tugas akademisi, yang kemudian diistilahkan Sosiopreuner.
“Ya semisal dibikinkan kampung, seperti Kampung Inggris di Pare. Minimal dari segi ekonomi warga sekitar akan terangkat dan pastinya ke depan, kampung ini juga akan mendunia,” urainya
Setelah survei beberapa kali dan layak untuk dikembangkan, maka pihak Pemerintah setempat juga mendukung. “Ijin pun keluar dan Alhamdulillah kita resmikan,” tandasnya.
Sementara itu, Dwi Andriyanti Agustin, koordinator Kampung Mandarin, menjelaskan konsep awal kampung Bahasa Mandarin di Dusun Tumpuk Desa Besuki Kabupaten Tulungagung ini.
Menurutnya, proses pembelajaran teori Bahasa Mandarin, bisa dilakukan di kelas. Mereka juga tinggal di rumah warga, yang bisa berbahasa Mandarin.
BELAJAR: Suasana kelas tempat pembelajaran Bahasa Mandarin. (Foto: Abd. Rahman Rozzi/Malang Post)
“Durasi pembelajaran bisa dua minggu, tiga sampai empat bulan, sesuai dengan paketannya. Sementara kuota dibatasi hanya untuk 20 orang. Agar lebih efisien. Karena prosesnya masih awal.”
“Nanti bertahaplah sesuai dengan kelas apa yang di ajarkan. Tidak menutup kemungkinan kelasnya juga bisa bertambah, sesuai dengan kebutuhannya,” jelasnya
Untuk guru pengajarnya pun juga tidak main main. Seperti yang disampaikan Rektor, selain akademisi Ma Cung, yang mengisinya dengan garansi kita mempunyai program S-1 Mandarin.
“Rencananya Universitas ini, juga akan bekerjasama dengan Konjen dan Kedutaan Besar RRT di Jakarta. Yang nanti akan mendatangkan tenaga mahasiswa dari sana, yang sedang mengambil beasiswa di Indonesia,” tandasnya. (M. Abd. Rahman Rozzi)