
Ketua P2MBKM IKIP Budi Utomo Malang, Dr. Riyanto, M.Pd
Malang Post – Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) angkatan ke – 3 pada 2023 ini, ada 402 mahasiswa, dari 87 perguruan tinggi negeri atau swasta (PTN/PTS) se Indonesia. Memilih IKIP Budi Utomo (IBU), sebagai tempat belajarnya.
Jumlah 402 mahasiswa, yang merujuk ke IBU Malang tersebut, tertinggi se Jawa Timur untuk PTN/PTS. Dan nomor lima se Indonesia.
“PMM ini akan dimulai pada Agustus atau September 2023 mendatang,” kata Kepala Pusat Pengelola Merdeka Belajar Kampus Merdeka (P2MBKM) IBU Malang, Dr Riyanto, M.Pd, Jumat (30/06/2023).
Besarnya jumlah mahasiswa PMM tersebut, bisa dicek untuk PTN/PTS lainnya, yang akan menjalani PMM. Hampir sebagian besar PTN atau PTS, tidak memenuhi kuotanya. Tapi itu belum terjadi di IBU Malang.
“Pelayanan yang sudah dipersembahkan kepada mahasiswa PMM. Besar kemungkinan mereka merasakan terlayani (terakomodir) dengan baik dan nyaman,” terang dia.
Bukan tanpa alasan mahasiswa PMM yang berstudi di IBU. Mendapatkan pelayanan yang terakomodir. Pihaknya melalui Liaison Officer (LO) atau mentor, selalu menjaga hubungan emosional, agar terbangun dengan baik.
“Jadi yang kita berikan pelayanannya itu, bukan sekadar administrasi dan biayanya. Akan tetapi, kita anggap seperti keluarga. Mulai dari tempat kos, ketika sakit, adanya kesulitan pada kegiatan kampus di masyarakat. Kita saling support dan melengkapinya,” bebernya.
Disinggung jumlah capaian mahasiswa PMM ke – 3 begitu besar. Apa resep yang dimiliki IBU Malang. Riyanto menjawab, pihaknya tidak memiliki resep yang harus dirahasiakan. Terpenting dalam pelayanannya, mengakomodir dan bisa dinikmati dengan nyaman dan aman.
“Kita akan merasakan ada info dari mulut ke mulut. Ditambah lagi, mahasiswa PMM ke – 2 kemarin. Yang pernah studi ke sini, pastinya bisa memberikan testimoni langsung. Pelayanan nomor satu diutamakan dan dikedepankan oleh IKIP Budi Utomo,” cetusnya.
Terakhir, apabila mahasiswa dari luar tersebut. Telah mendapatkan kesan positif dan merasa nyaman dan terakomodir. Akhirnya bisa menyampaikan ke orang lain secara gethok tular.
“Jadi kembali pada diri kita. Harus bisa melayani dengan baik dan kekeluargaan. Fasilitasi pokok seperti tempat hunian, klinik kesehatan dan kepedulian kepada mereka, harus terpenuhi. Pelayanan yang kelihatannya biasa saja, tapi karena nilai kepedulian ditonjolkan. Itu menjadi pelayanan bernilai plus bagi mereka,” pungkasnya. (Iwan – Ra Indrata)