Malang Post – Empat desa di Kota Batu menorehkan sejarah baru dalam perkembangan pembangunan desa. Empat desa ini sepakat membuat Peraturan Bersama Antar Desa (Permakades). Empat desa itu diantaranya Desa Giripurno, Bulukerto, Sumbergondo dan Desa Tulungrejo.
Ke empat desa itu kompak membentuk kawasan perdesaan agroforestri kopi di kawasan hutan. Melalui kerjasama itu, menjadi pintu masuk konservasi lingkungan hutan. Lewat penanaman kopi, diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani hutan.
Kawasan perdesaan Agroforestri Kopi Lereng Gunung Arjuno, diresmikan langsung oleh Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, Rabu (14/6). Bertambahnya empat desa di Kota Batu, menggenapkan 154 desa di Jatim yang telah terasosiasi dalam kampung perdesaan.
“Di Kota Batu, mengambil potensi alamnya. Maka Agroforestri Kopi Lereng Gunung Arjuno jadi pilihan. Kota Batu jadi kota/kabupaten ke 17 di Jatim yang sudah terasosiasi dengan kampung perdesaan,” ujar Khofifah.
Setelah diresmikan agroforestri kopi tersebut, Khofifah mengajak seluruh stakeholder terkait untuk bersama-sama bergotongroyong. Karena dari empat desa yang jadi agroforestri kopi, total luasan lahannya mencapai 1.700 hektare.
“Selain mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lewat hal ini, mari juga diniatkan untuk turut melakukan penguatan vegetasi alam lingkungan. Ini penting dilakukan, melalui sinergitas antar stakeholder,” jelas dia.
Khofifah menerangkan, terbentuknya Agroforestri Kopi Lereng Gunung Arjuno, tentunya telah melewati berbagai musyawarah berjenjang dan cukup lama. Hingga akhirnya diluncurkan kampung perdesaan tersebut.
“Sebelumnya pasti ada musyawarah di desa, antar desa, RPJM Desa, RPJM Kota, sampai kemudian proses membangun partnership dengan Perhutani,” imbuhnya.
Untuk langkah kedepannya, akan ada kerjasama dengan sejumlah pihak. Ini perlu dilakukan, sebab untuk mengelola lahan seluas 1.700 hektare perlu modal yang tidak sedikit.
“Untuk bisa berhasil, maka prosesnya harus terintegrasi setiap lini. Contohnya, sekarang sudah bisa mulai menanam, kemudian dua tahun lagi bisa mulai memetik. Seiring berjalannya waktu, sembari menunggu panen tiba. Mungkin bisa disiapkan untuk pasar ekspornya,” jelas Khofifah.
Untuk pasar ekspor kopi, saat ini sudah terbentuk komunal branding. Komunal branding terbentuk karena pasar ekspor harus punya kualitas dan kuantitas yabg harus terus terjaga dengan baik. Karena itu, sinergitas antar kawasan perdesaan yang memiliki keserupaan produk perlu dilakukan untuk membangun komunal branding.
Sementara itu, Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai mengatakan, launching Kawasan Perdesaan Agroforestri untuk Kawasan Lereng Gunung Arjuno khususnya untuk komunitas kopi. Merupakan sebuah bagian bagaimana memanfaatkan kawasan Perhutani.
“Kota Batu punya luas wilayah 197 kilometer persegi. Terbagi menjadi 15,6 persen kawasan hutan lindung, 16,18 persen hutan produksi dan 22,6 persen hutan konservatif,” bebernya.
Melalui Kawasan Perdesaan Agroforestri Kopi Lereng Gunung Arjuno, pihaknya berharap dapat memanfaatkan kawasan hutan desa dengan baik. Dari total luas wilayah 1.700 hektare hutan desa, Aries merinci di Desa Tulungrejo seluas 500 hektare, Sumbergondo 500 hektare, Bulukerto 300 hektare dan Giripurno 400 hektare.
“Kerjasama ini adalah tahap pertama pengembangan. Memang belum besar. Meski begitu ada dua petani yang sudah siap mengelola lahan kopi seluas 2,5 hektare. Selebihnya kami akan kembangkan di tahap berikutnya. Karena kami perlu dana dan juga pengembangan kerjasama,” jelas Aries.
Lewat cara ini, menurutnya penguatan sektor holtikultura tidak lagi dilakukan di lereng gunung. Sehingga kedepannya, diharapkan tidak lagi ada erosi yang terjadi. Salah satunya caranya dengan menanam tanaman kopi.
“Perhutani juga sudah bilang, ada tanaman lain yang bisa menguatkan lereng gunung. Jenisnya hampir sama seperti kopi. Contohnya adalah tanaman lada,” kata dia.
Lebih lanjut, untuk masalah pasar ekspor. Aries menerangkan, nantinya Perhutani akan mengambil hasil produksi petani kopi yang ada di lahan Perhutani. Selain itu, Pemkot Batu juga akan membantu masalah pemasarannya.
“Jadi Perhutani akan bantu pemasaran. Termasuk Pemkot Batu juga akan membantu, supaya bisa langsung ada pasarnya,” ungkap Aries.
Disisi lain, karena waktu tanam hingga panen kopi para petani harus menunggu selama dua tahun. Pihaknya akan menyiapkan subsidi untuk para petani kopi. “Akan ada pembangkit ekonomi, masyarakat akan kami bantu. Jadi ada subsidi hingga panen,” tandasnya. (Ananto Wibowo)