Malang Post – Dua tahun setelah rampung dibangun, Museum HAM Omah Munir (MHM) yang ada di Jalan Sultan Hasan Halim, Kelurahan Sisir, Kota Batu belum juga beroperasi. Dengan adanya hal itu, pihak Yayasan Museum HAM Omah Munir (MHM) melayangkan somasi kepada Pemkot Batu.
Sebagai informasi, pembangunan museum tersebut menelan anggaran Rp8,2 miliar. Berdiri diatas lahan seluas 2.200 meter persegi. Lahan yang digunakan merupakan aset milik Pemkot Batu.
Sebelumnya, pihak yayasan bersama Pemkot Batu telah melakukan kesepakatan bersama (KSB) dan perjanjian kerja sama (PKS) tentang pengelolaan Museum HAM Omah Munir. Kerja sama tersebut telah dilakukan pada 28 November 2022 lalu.
Ketua Yayasan MHM, Suciwati menyatakan, lewat perjanjian tersebut pihak yayasan berkewajiban menyediakan tenaga ahli. Kemudian menyusun rencana pengembangan museum, memberikan dukungan dalam pembelajaran HAM dan melakukan promosi wisata pendidikan HAM.
“Pembangunan fisik museum telah menghadirkan bangunan museum sesuai rencana. Namun sayangnya pengembangan isi museum sampai sekarang tetap belum terlaksana. Sebab bangunan museum yang telah berdiri, tetap belum dimanfaatkan sesuai dengan rencana,” kata Suciwati, Senin (5/6/2023).
Kemudian dalam perjanjian tersebut, Pemkot Batu punya kewajiban untuk menetapkan tenaga ahli untuk pengelolaan museum, melaksanakan pengelolaan museum, menetapkan rencana pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan eksebisi serta pembelajaran HAM. Namun sayangnya, bangunan museum yang cukup megah itu, belum dimanfaatkan sesuai rencana.
“Namun sebaliknya, bukannya mempercepat kerjasama pengembangan dan operasional gedung museum. Pemkot Baru malah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan peruntukan sebagai museum HAM,” tegasnya.
Dengan adanya hal tersebut, pihaknya sudah sangat sering menanyakan pengembangan museum, serta mendesak Pemkot Batu melalui Dinas Pariwisata. Dengan harapan mereka segera melaksanakan langkah-langkah pengembangan museum sesuai rancang bangun museum. Sebab hingga saat ini, belum ada kejelasan tentang perencanaan dan langkah pengembangan museum tersebut.
“Dengan adanya hal tersebut, kami mendesak Pemkot Batu untuk segera memutuskan dan menjalankan agenda pengembangan museum tersebut. Sesuai dengan MoU dan PKS secara transparan. Kemudian kamu juga menuntut penjelasan maslah-masalah yang dihadapi dalam pengembangan itu kepada publik,” ujar dia.
Disisi lain, Munir Said Talib dikenal sebagai aktivis yang sangat militan dalam memperjuangkan isu-isu HAM. Pada tahun 1998-an, dia dikenal sebagai Ketua Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS). Selain KontraS, dia juga dikenal aktif di berbagai organisasi HAM lain.
Terakhir, dia diketahui menjabat sebagai Direktur Indonesia Human Right Monitor (Imparsial). Imparsial menjadi tempat terakhirnya, sebelum akhirnya dibunuh dalam sebuah penerbangan tahun 2004 lalu.
Kala itu, Munir tengah menempuh perjalanan dari Jakarta menuju Amsterdam untuk melanjutkan sekolah. Munir kemudian meregang nyawa dalam perjalanan tersebut karena seseorang menuangkan zat arsenik ke dalam minumannya.
Sekalipun telah tiada, nama Munir tidak sirna begitu saja dalam upaya penegakan HAM di Indonesia. Dari tahun ke tahun, aktivis HAM di Indonesia terus mendorong Pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan kasus pembunuhan Munir. Sebab, pembunuhan terhadap aktivis atau pembela HAM merupakan ancaman serius terhadap upaya penegakkan HAM di Indonesia.
Selain melakukan advokasi dan tuntutan untuk menyelesaikan kasus Munir, beberapa aktivis HAM juga menginisiasi berbagai hal untuk merawat ingatan mengenai Munir. Salah satunya adalah dengan membangun Museum HAM Omah Munir. Museum itu diharapkan mampu mengedukasi masyarakat mengenai HAM, demokrasi dan kebenaran.
Sesuai dengan namanya, Museum HAM Omah Munir dibangun di bekas bangunan rumah Munir di Kota Batu pada tahun 2013. Seiring berjalannya waktu, Museum HAM Omah Munir pun semakin menarik perhatian.
Sebab itu, pada tahun 2018, Yayasan Museum HAM Omah Munir menandatangani kontrak dengan Pemkot Batu untuk membangun ulang Museum HAM Omah Munir. Proyek tersebut mulai dibangun tahun 2019 dan tuntas dibangun bulan Maret 2021, namun hingga kini museum tersebut tak kunjung dioperasikan. (Ananto Wibowo)