Malang Post – Head of Property Manager, Reky Hartono dan Head of Integrated Communication RedDoorz Indonesia, Cut Nany. Keduanya jauh-jauh dari Jakarta datang ke Kota Malang. Menyampaikan permintaan maafnya, kepada semua warga Kota Malang. Khususnya warga Tlogomas RW 8.
Hal itu berkaitan dengan Griya Cempaka RedDoorz. Yang disinyalir menjalankan aktivitas prostitusi. Hingga mendapatkan protes dari warga sekitar.
“Kami menyesali sekaligus menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Disebabkan, mitra kerjanya kami, Griya Cempaka. Dinilai telah menyalahi aturan dalam kerjasama,” tegas Reky Hartono, Rabu (31/05/2023).
Reky menilai, apa yang telah viral di media massa. Adanya temuan prostitusi online, berdasarkan bukti-bukti yang dimiliki oleh masyarakat di Tlogomas. Hingga hal tersebut dikeluhkan dan dipersoalkan warga sekitar. Sangat menyedihkan dan disesalkan.
Namun demikian, kata Reky, pemutusan atau penyetopan operasional RedDoorz di Tlogomas itu. Pihaknya akan menunggu batas waktu hingga akhir Juni 2023 nanti. Sekiranya tidak ada perkembangan lebih jelas lagi.
“Tapi sebelum memutuskan kerjasamanya. Kami mesti melakukan investigasi terlebih dahulu. Seraya mengumpulkan bukti-bukti yang kuat. Sebagai dasar mengambil keputusan, agar tidak sampai merugikan mitra kerja,” kata dia.
RedDoorz sendiri, lanjut Reky, sebelum menjalani kerjasamanya dengan mitra usaha di tiap daerah. Tentunya telah melakukan penjajakan. Bahkan mengkonfirmasi segala legalitas perizinan, yang dimiliki oleh mitra kerjanya.
“Jangan sampai ada permasalahan seperti di Tlogomas ini. Ke depannya, kami akan lebih hati-hati serta banyak komunikasi bersama dinas terkait. Utamanya Dinas PTSP dan lainnya,” bebernya.
Head of Integrated Communication RedDoorz Indonesia, Cut Nany menambahkan, adanya permasalahan RedDoorz di Tlogomas, Kota Malang. Sedikit banyak memberikan imbas kepada RedDoorz lainnya.
“Dampak yang dihasilkan, salah satunya nama baik RedDoorz dan pendapatan dari kerjanya. Sebab, pertumbuhan bisnis di Malang pada 2023 ini. Mencapai 166 persen kamar yang bisa terjual, dari 146 hotel (mitra kerja),” tambah Cut Nany.
Pada intinya, dikemukakan Cut Nany, ajang prostitusi online dimana pun tempatnya berada. RedDoorz sama sekali tidak mentolerir keberadaannya. Karena yang dijual oleh RedDoorz adalah pelayanan akomodasi.
“Tamu hotel menghendaki adanya kenyamanan, keamanan, ketenangan serta jauh dari konotasi negatif. Untuk itu, kami lebih seksama dalam menjalankan bisnis ini. Utamanya kepada mitra kerja, agar lebih selektif dan ketat kepada semua tamu hotelnya,” ungkapnya. (Iwan – Ra Indrata)