Malang Post – Tingkat stunting di Kota Batu pada tahun 2023 ini masih berada di angka 13,2 persen. Pemkot Batu menargetkan ada penurunan stunting hingga menyisikan satu digit tahun ini. Untuk mencapai target itu, seluruh lapisan birokrasi Pemkot Batu bakal dilibatkan.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menyatakan, saat ini penyelesaian stunting bukan hanya urusan Dinkes saja. Namun seluruh OPD Pemkot Batu akan turut dilibatkan.
“Seluruh OPD kami instruksikan jadi orang tua asuh anak stunting. Minimal dua orang anak setiap OPD. Jadi mereka nanti bisa turun setiap saat sesuai SOP yang telah ditentukan oleh Dinkes Batu. Seperti kapan harus turun, kapan harus memberikan makanan dan kapan dilakukan asesmen,” tutur Aries Jumat, (24/3/2023).
Nantinya setelah beberapa bulan dilakukan pendampingan. Kemudian hasil asesmen anak tersebut sudah mendapatkan tumbuh kembang yang positif. Maka OPD pendamping bisa mencari anak asuh baru.
“Kalau misalnya 1,5 bulan anak ini tumbuh kembangnya sudah bagus. Ya kami carikan anak asuh baru,” katanya.
Program penurunan stunting itu diberi nama Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS). Melalui program ini akan dilakukan gerakan secara masif untuk melakukan intervensi kepada anak stunting di bawah usia dua tahun (Baduta) .
“Lewat gerakan ini, kami akan beri pendamping baduta stunting yang mengalami masalah selama 3 bulan. Untuk tahap awal seluruh OPD akan melakukan intervensi 40 baduta stunting di Kota Batu,” ujarnya.
Menurutnya, penanganan stunting harus dilakukan bersama-sama. Tidak hanya satu OPD saja. Lewat terobosan itu, dia berharap dalam waktu tiga bulan. Angka stunting di Kota Batu dapat turun signifikan.
“Penanganan stunting adalah tugas kita bersama. Tidak hanya tugas Dinkes atau Dinas Pemberdayaan saja. Lewat program ini, kami bersama-sama menurunkan angka stunting di Kota Batu,” jelas dia.
Lebih lanjut, untuk menekan angka stunting, Aries juga menginstruksikan ASN Kota Batu untuk turut memberikan informasi, apabila ada masyarakat di lingkungannya yang teridentifikasi stunting. Sehingga dapat segera ditindaklanjuti dan diberikan penanganan.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Batu, drg Kartika Trisulandari mengatakan, melihat prevalensi stunting di Kota Batu berdasarkan bulan timbang Februari. Angka stunting di Kota Batu presentasenya masih berada di 13,2 persen. Dengan adanya pendamping dan upaya kolaboratif dari semua pihak, diharapkan mampu menurunkan angka stunting di Kota Batu.
“Dengan sinergitas dan kolaborasi dalam melakukan pendampingan orang tua dengan anak berstatus stunting. Kami pastikan bahwa anak tersebut bisa mendapatkan asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang,” katanya.
Melalui Program BAAS ini, orang tua asuh akan memastikan baduta yang di asuh memperoleh asupan makanan gizi seimbang sesuai isi piringku, jajanan yang sehat serta mendapatkan pelayanan posyandu ketika sakit.
Selain itu, dilakukannya pendampingan pada baduta stunting dan keluarganya, sesuai dengan intervensi yang harus dilakukan sampai meningkat status gizinya dengan penambahan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) secara signifikan. Kemudian juga ada perubahan perilaku yang positif dari pola asuh, pola makan dan kebiasaan keluarganya. (Ananto Wibowo)