Malang Post – Suasana damai dengan saling sapa dan senyum jamaah tampak di lingkungan Masjid Teduh Kepanjen, usai salat tarawih berjamaah malam pertama Ramadan, Rabu (22/3/2023) malam.
Masjid Teduh ini terkesan penuh keramahan dan begitu inspiratif. Nama Teduh yang tak biasa, seperti halnya nama-nama masjid pada umumnya.
Karuan saja, sesuai namanya masjid ini didirikan tidak hanya makmur dengan berbagai kegiatan jamaah, namun juga bisa menghadirkan keteduhan, fisik begitu pula relijius.
“Ya, kami memang namakan dengan Masjid Teduh. Masjid ini secara fisik harus senyaman mungkin, dan diwarnai keteduhan dalam hal apapun terlebih keteduhan rohani, jiwa dan hati orang yang masuk di dalamnya,” kata pembina Takmir Masjid Teduh Kepanjen, Wahyudi Siswanto, Rabu (22/3/2023) malam.
Pemaknaan keteduhan rohani juga cukup luas. Menurut Wahyudi, keteduhan ini bisa diwujudkan dalam situasi menjaga hati dan hubungan sesama jamaah secara teduh, serta penuh rasa saling asih asuh.
“Semua penuh keteduhan, bahkan untuk ajakan amar ma’ruf nahi munkar juga harus (tersampaikan) dengan teduh. Tidak pakai otot atau ngotot, ya. Khutbah yang disampaikan pun menyejukkan, tidak membuat. Jadi, masuk dan keluar dari masjid ini mendapatkan keteduhan dan obat,” jelas pria yang juga Guru Besar di Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang ini.
Masjid Teduh ini sendiri berlokasi di Desa Jenggolo Kepanjen Kabupaten Malang, dengan lingkungan sekitar lebih banyak lahan persawahan. Awal pembangunannya, masjid ini berdiri di atas lahan seluas 200 meter persegi, namun akhirnya berkembang tidak lebih menjadi 800 meter persegi.
Menurut Wahyudi, semua lahan awalnya dibeli panitia pembangunan takmir, dengan rencana pengembangan setidaknya tiga tahun.
“Alhamdulillah, banyak kami dapatkan kemudahan, dalam waktu setahun lahan yang dibebaskan tambah luas. Ke depan, di sini diharapkan juga tercipta miniatur aktivitas sosial-budaya yang bisa ditiru (inspirasinya),” imbuhnya.
Miniatur yang dimaksudkannya, dengan dilengkapi tempat kegiatan pendidikan, pelayanan kesehatan, serta ekonomi secara Islami.
“Jadi, masjid ini ke depan menjadi tempat yang meneduhkan dan ada miniatur (kehidupan) yang Islami,” ulang Wahyudi Siswanto. (Choirul Amin)