
Malang Post – Aula hanggar di SMKN 1 Turen dipenuhi berbagai produk dan aktivitas penjualan layaknya di pusat perbelanjaan, Senin (20/3/2023).
Puluhan stand dan outlet didisain sedemikian rupa, memajang berbagai produk dengan kemasan cantik. Berulang kali, terdengar suara mengenalkan produk dan mengundang pengunjung dari tiap outlet yang ada.
Mereka ini sejatinya pelajar kelas XII SMKN setempat, dari program keahlian Bisnis, Daring dan Pemasaran (BDP), yang menjadi peserta Uji Kompetensi Keahlian (UKK) Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).
“Ini uji kompetensi LSP untuk siswa program keahlian Bisnis Daring dan Pemasaran. Ada empat klaster yang diujikan, dan harus diikuti semua siswa kelas XII,” terang waka Kurikulum SMKN 1 Turen, Susiatining Rahayu, Senin (20/3/2023) siang.
Keempat klaster yang diujikan tersebut, yakni praktik kepramuniagaan, klaster kasir, konsep kemasan produk, dan perencanaan usaha jasa.
Pada semua klaster, lanjut, mencakup berbagai kompetensi yang harus bisa dilakukan siswa. Dalam kepramuniagaan misalnya, bagaimana bisa mendisain konter, menata produk berdasarkan item yang dijual, melayani pelanggan hingga cara memasarkan dan menjualnya.
“Jadi, tiap anak harus bisa melakukan penjualan dengan menawarkan langsung pengunjung dengan bahasa yang sopan dan komunikatif. Juga, pemasaran produk melalui media digital, seperti dengan livestreaming di TikTok,” jelas Susiatining.
Untuk produk sendiri, lanjutnya, harus dikuasai seperti apa product knowledge-nya. Sedangkan, kemasan produk juga harus dibuat lengkap memuat informasi bahan baku, takaran, hingga jaminan keamanan produk.
Uji kompetensi LSP ini sendiri dinilai langsung pihak DU/DI, dari Ramayana Group. Juga, ada penguji internal yang merupakan guru produktif SMKN 1 Turen yang sudah tersertifikasi LSP.
HRD PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk Regional Jatim, Imam Marsudi mengungkapkan, sesuai yang diterapkan di perusahaannya, maka praktik penjualan produk harus memperhatikan banyak hal. Ia mencontohkan salah satunya terkait address card atau penunjuk harga.
Menurutnya, penunjuk harga dalam label atau kemasan produk tidak sekadar tertulis harga item produk yang dijual. Lebih dari itu, jelasnya, harus memuat kode produk, kode supplier dan tanggal dibuatnya produk.
“Apa yang dipraktikkan pelajar sekolah ini pada hari ini sangat bagus, 95 persen sesuai skill dan kompetensi perusahaan. Yang dibutuhkan tinggal memoles kemampuan bahasa penjualannya,” tandas Imam.
Menurutnya, dalam kepramuniagaan ada juru bicara untuk mengenalkan product dan menarik konsumen.
“Nah, harus dibangun kepercayaan diri, agar tidak nervous. Pakai bahasa yang tidak monoton dan lebih halus, sehingga tidak disadari bisa menarik calon konsumen meminatinya,” demikian Imam Marsudi.
Outlet penjualan yang dipunyai tim siswa ini sendiri dimulai dari perencanaan bisnis dan kemasan produk, sebelum dipasarkan dan dijual. Ada outlet fashion, kuliner, kosmetik, juga kerajinan.
Salah satunya, outlet yang menjual produk kue kering dalam kemasan buatan siswa jurusan Tata Boga SMKN setempat. Namanya, Tuikesu yang merupakan Sus kering, dibuat dari tulang ikan dan daun kelor. (Choirul Amin-Januar Triwahyudi)