![](https://malang-post.com/wp-content/uploads/2023/03/IMG-20230319-WA0037-1024x682.jpg)
Malang Post – Pemkot Batu bersama penggiat lingkungan Sabers Pungli melakukan aksi bersih kali di Sungai Wunut, Kelurahan Temas, Kecamatan Batu, Minggu, (19/3). Aksi itu merupakan salah satu rangkaian jelang Hari Air Sedunia ke 31 pada 22 Maret esok.
Selain membersihkan aliran sungai, dalam aksi tersebut juga dilakukan penanaman biopori. Juga dilakukan penanaman pohon di bantaran sungai dan pelepasan 2.000 bibit ikan ke aliran Sungai Wunut.
Lurah Temas, Adi Santoso menyatakan, aksi bersih Sungai Wunut itu rutin digelar. Tujuannya untuk menjaga sumber mata air di Kota Batu agar terus ada. Sebab kebutuhan air dalam kehidupan sehari-hari sangat penting.
“Semua makhluk hidup butuh air. Termasuk tubuh kita semua juga butuh air. Karena itu, mari kita rawat air dengan sebaik mungkin. Sehingga kebutuhan air bisa terus terpenuhi,” ujarnya.
Agar keberadaan sumber mata air tak sampai punah, Adi mengajak masyarakat untuk sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Salah satu caranya dengan melakukan penanaman pohon.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai mengatakan, menjaga air dam lingkungan merupakan kewajiban bersama. Dengan adanya aksi kali ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk selalu menjaga air.
“Di Kota Batu ada sekitar 111 sumber mata air. Ini harus terus dijaga. Selain untuk kebutuhan hajat hidup manusia, air di Kota Batu bisa menjadi salah satu potensi wisata,” ujarnya.
Oleh sebab itu, pihaknya mengajak seluruh masyarakat Kota Batu untuk menjaga dan merawat lingkungan. Sehingga kondisi lingkungan bisa lebih baik lagi. Kedepannya anak cucu juga bisa turut menikmati.
Aktivis Sabers Pungli, Ahmad Rifai menambahkan, beberapa waktu lalu pihaknya telah melaksanakan ekspedisi mata air dan susur sungai. Hal ini untuk mengetahui kondisi nyata dari sungai-sungai di Kota Batu yang menjadi hulu dari Sungai Brantas.
“Setelah melakukan susur sungai kami menemukan sumber mata air di Kota Batu masih banyak. Total ada sekitar 225 sumber mata air di wilayah Kota Batu” ujar Mat Berlin, sapaan akrab Ahmad Rifa’i.
Tak hanya itu, lanjutnya, ketika temuan 225 sumber mata air tersebut terdengar publik pihaknya langsung diprotes. Karen jumlah tersebut terlalu sedikit. “Kepala Desa Tulungrejo memprotes karena di desanya saja ada sekitar 70 mata air. Artinya jumlah mata air pasti lebih banyak dari itu (225 titik.red),” tegasnya.
Dengan adanya temuan tersebut, pihaknya mengajak instansi terkait bersama aktivis lingkungan untuk membuat data yang akurat perihal keberadaan mata air di Kota Batu. Setelah itu, data tersebut harus dibukukan, sehingga Kota Batu mempunyai dokumen tentang sumber mata air.
“Kalau bisa, bisa juga ditambahkan tentang kebudayaan mata air, sejarah mata air dan perilaku penggunaan mata air,” tuturnya.
Lebih lanjut, Direktur Utama, Perumdam Among Tirto Kota Batu, Edy Sunaedy menyampaikan, debit air di Kota Batu mengalami penurunan pada setiap tahunnya. Faktor paling krusial disebabkan karena pembangunan yang tidak ramah lingkungan dan abai pemenuhan RTH.
“Selain itu maraknya pembuatan sumur bor yang tidak terkontrol. Di atas kertas, berdasarkan catatan Dinas PU SDA Pemprov Jatim ada sebanyak 50 titik sumur bor di Kota Batu pada 2018 lalu,” bebernya.
Kemudian bertambah menjadi 133 titik sumur bor pada 2019. Pada 2020 bertambah empat titik yang berada di Desa Punten, Desa Pandanrejo, Kelurahan Ngaglik, dan Jalibar di Desa Oro-oro Ombo. Data itu disampaikan Perumdam Among Tirto pada 2021 lalu.
Maraknya sumur bor memicu kekhawatiran Perumdam Among Tirto. Hal itu berpotensi mengancam ketersediaan air tanah. Apalagi, pihaknya tak memiliki ranah dalam mengontrol sumur bor mengingat segala perizinannya ditarik ke Pemprov Jatim.
“Kami berharap Pemkot Batu berkomunikasi dengan Pemprov Jatim agar pemangku wilayah dilibatkan dalam memberikan rekomendasi, apakah memicu resiko bencana atau tidak,” tandasnya. (Ananto Wibowo)