Malang Post – Dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan. Keberagaman hasil pertanian Kota Batu bakal bertambah. Ini seiring dilakukannya penanaman bibit kopi. Penanaman pertama dimulai dari Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Jumat, (10/3/2023).
Total ada 1700 bibit kopi jenis arabica yang ditanam dibawah lembah Gunung Banyak itu. Dibagikan dan ditanam oleh 10 kelompok tani yang ada di wilayah tersebut.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menyatakan, penanaman kopi itu sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun tetap memperhatikan langkah-langkah konservasi lingkungan.
“Semangat itu yang kami gelorakan, guna memberi dukungan kepada petani yang ada di kawasan hutan. Salah satunya melalui gerakan menanam Kopi di Dusun Brau,” tutur Aries.
Gerakan menanam kopi itu merupakan sebuah komitmen bersama. Bukan hanya untuk saat ini saja, namun bisa diwariskan kepada anak cucu di kemudian hari. Apalagi 60 persen lahan di Kota Batu merupakan kawasan hutan. Juka tidak dikelola dengan baik, maka akan merugikan masa depan.
“Dengan adanya penanaman kopi di kawasan hutan ini saya sangat bergembira. Karena ini adalah langkah yang sangat baik. Dengan gerakan menanam kopi dapat menjaga lingkungan Kota Batu. Karena 60 persennya adalah kawasan hutan. Jika tidak dikelola dan dijaga dengan baik, anak cucu kita akan tinggal dimana dengan lahan yang kritis,” jelas Aries.
Lewat gerakan itu, pihaknya juga berharap dapat menambah pemasukan bagi para petani. Terutama dalam mendukung pariwisata Kota Batu yang terkenal dengan keberagaman tempat wisata dan kulinernya.
Agar maksimal, gerakan itu harus dibarengi dengan pendampingan. Mulai dari menanam, memelihara, panen, pasca panen hingga penasaran. Menurutnya, pendampingan sangat perlu dilakukan. Sehingga para petani bisa menghasilkan produksi seperti yang diinginkan.
Lebih lanjut, Aries menerangkan, jika penanaman kopi itu bukan berarti mengganti sepenuhnya tanaman holtikultura yang sudah ada sebelumnya. Namun memberikan solusi alternatif tambahan tanaman. Sehingga konservasi lahan dan kesejahteraan petani bisa berjalan beriringan.
“Kami sangat optimis, dengan melakukan budidaya kopi. Petani akan semakin sejahtera. Karena mereka menanam tanaman yang punya harga pasti. Apalagi kebutuhan kopi di Kota Batu juga cukup luar biasa besar,” katanya.
Dalam penanaman kopi itu, Pemkot Batu bekerjasama dengan Yayasan Cinta Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat. Salah satu perwakilan dari yayasan itu, Abu Bakar menyampaikan, setelah dilakukan penanaman, pihaknya akan terus melakukan pendampingan budidaya kopi. Hingga ke proses pengolahan dan corporasi pasar.
“Kedepannya konservasi lingkungan dilakukan tanpa mengubah tanaman yang telah ada. Kami juga akan memberikan pengawalan mulai dari budidaya, pengolahan hingga ke proses coorporasi pemasaran,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Heru Yulianto menyampaikan, Kota Batu menjadi tempat yang adaptif untuk pertanian kopi. Jika kopi dapat dikembangkan secara berkelanjutan, hal tersebut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Luas lahab pertanian kopi di Kota Batu sekitar 124 hektare. Jika komoditi ini terus dikembangkan ke depannya. Kami yakin dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan pelestarian hutan,” katanya.
Sementara itu, penggiat pengolahan kopi, Wahyu Eko menyampaikan, kebutuhan pasar biji kopi sangat tinggi dibandingkan persediaannya. Pada tahun 2022 kemarin, kebutuhan biji kopi di Kota Batu mencapai 3 ton dalam satu tahun. Namun ketersediaan biji kopi mentah di Kota Batu hanya sekitar 1,2 ton sampai 1,3 ton setahun.
“Sulitnya kebutuhan biji kopi di Kota Batu akhirnya membuat saya mendatangkan biji kopi dari luar Kota Batu. Oleh karena itu, pertanian kopi sangat menguntungkan. Terbukti saya sudah bertahan selama 10 tahun dalam bisnis pengolahan kopi,” tutupnya. (Ananto Wibowo)