Malang Post – Persoalan harga dan panen, tampaknya masih menjadi momok bagi petani. Bahkan mereka mengadukan hal tersebut, kepada Wali Kota Malang, Sutiaji, ketika terjadi gagal panen. Karenanya dibutuhkan inovasi teknologi yang bagus. Agar kemampuan produksi juga lebih bagus. Selain tenaga penyuluh pertanian, juga harus ikut terus memantau dan memberikan pendampingan kepada kelompok tani (poktan) yang ada.
Penegasan itu disampaikan Sutiaji, ketika memberikan pengarahan dan dukungan semangat. Khususnya kepada tenaga penyuluh pertanian, dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertan). Sekaligus kelompok tani yang tersebar di 57 kelurahan. Bertempat di Hotel Grand Mercure Malang, Rabu (15/02/2023).
“Selain itu kolaborasi atau kerjasama dengan akademisi, perlu dikuatkan. Utamanya yang memiliki fakultas pertanian, dengan disiplin ilmu pertanian tentang padi.”
“Atau bisa kita kembangkan dengan model lain. Seperti halnya urban farming. Bagian dari bentuk ketahanan pangan. Karena luas dan tidaknya lahan sawah yang dimiliki, berpengaruh pada hasil,” tegasnya.
Mantan Wawali Kota Malang periode 2013 – 2018 ini mengakui, lahan pertanian (sawah) di Kota Malang saat ini tinggal 803 hektar saja. Dan Pemkot tidak mungkin menghalangi, jika ada warga ingin menjual sawahnya kepada pengusaha.
Menurutnya, Kota Malang beda dengan luasan pertanian di Kabupaten Malang. Yang mayoritas masih pedesaan. Hingga wajar jika luasan pertaniannya jauh lebih besar dibanding milik Pemkot Malang.
“Mengenai pemberdayaan lahan pertanian di Kota Malang. Kami telah menganggarkannya. Baik untuk subsidi pupuk atau bantuan alat-alat pertanian kepada para poktan. Termasuk pengurangan pembayaran pajak, bagian dari program perlindungan pertanian,” bebernya.
Ditempat yang sama, Kepala Dispertan Kota Malang, Slamet Husnan menambahkan, penyuluhan kepada pertanian, khususnya kelompok tani (poktan) oleh tenaga penyuluh. Terus dilakukan pendampingan dan penyuluhan berkelanjutan dan berkesinambungan.
“Bukan hanya itu saja, kami pun juga mendukung para poktan ini, dengan berbagai macam bantuan. Termasuk pada giat hari ini, yakni menyusun program penyuluhan pada 2024 nanti. Apa saja yang perlu diusulkan untuk peningkatan pertanian di Kota Malang,” tambah Slamet.
Salah satu prioritasnya, sambung Slamet, adalah soal ketahanan pangan dan urban farming di Kota Malang. Pola penguatannya terus ditingkatkan oleh penyuluh dan poktan. Melalui penguatan kembali penanaman cabai.
“Nantinya kita berikan kepada poktan bantuan bibit cabainya. Ditambahkan lagi, satu set sistem pertanian perkotaan minifood terintegrasi. Meliputi kegiatan urban farming diisi dengan pola hidroponik. Di dalamnya berisikan peternakan dan perikanan,” paparnya (Iwan – Ra Indrata)