Malang Post – Ketua Pengelola Sistem Informasi dan Kehumasan (PSIK) Fakultas Teknik, UB Malang, Adharul Muttaqin menjelaskan, kasus keracunan massal itu, diawali beberapa mahasiswa mengalami diare. Namun jumlahnya kian bertambah, mulai pukul 10.00 WIB, sudah ada sebelas mahasiswa.
“Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, kesebelas mahasiswa langsung kita bawa ke Puskesmas Wagir dan RS-UB Malang. Selepas dilakukan penanganan awal oleh Tim Medis Korp Suka Relawan (KSR) UB dan Poli UB,” kata Adharul, Rabu (8/02/2023).
Untuk memastikan kondisi kesehatan peserta KKM ke – 43 secara keseluruhan, Tim Kesehatan RS-UB telah melakukan pemeriksaan kesehatan, sebelum mahasiswa diijinkan pulang.”Karena kami juga mempertimbangkan atau memperhatikan cuaca dan kondisi yang ada.
Selain itu, panitia dan pimpinan akan mengevaluasi atas kejadian ini. Sekaligus memutuskan lebih cepat dari jadwal semula,” ucap Adharul.Dikonfirmasi perihal penyebabnya, Adharul mengaku masih dilakukan investigasi dan penelusuran oleh pihak terkait.
Tapi menurut dokter RS-UB yang memeriksanya, disebutkan ada satu barang yang masuk.”Bisa jadi itu yang terdapat di makanan atau jenis makanannya kurang higienis. Dan kemungkinan kondisi tubuh dan mahasiswa tersebut, lagi kurang fit seratus persen,” tuturnya.
Mahasiswa yang mengalami gejala kurang enak badan, diketahui sejak Senin (6/02/2023) malam dan Selasa (7/02/2023) lagi. Mengenai bahan dan pengelolaan makanan untuk peserta KKM. Dikelola bersama baik panitia dan warga setempat.
“Kenapa melibatkan warga setempat, karena ingin memberdayakan warga di sekitarnya. Karena kita juga bagian dari pengabdian kepada masyarakat. Namun karena terjadi hal seperti ini, maka jadwalnya lebih dipercepat menyelesaikan bagi mahasiswa,” kata dia.
Sementara untuk panitia KKM ke – 43. Masih melanjutkan apa yang menjadi target utamanya. Diantaranya, menyelesaikan pembangunan infrastruktur dan penerangan jalan umum (PJU) berbasis tenaga surya.”Kedua, berupa perabatan jalan, normalisasi saluran irigasi. Dan ada lagi sosialisasi sistem pengolahan sampah. Terakhir adalah pengajaran ilmu pengetahuan dan teknologi di sekolah dasar,” pungkasnya. (Iwan – Ra Indrata)