Malang Post – Psikolog adalah seorang yang ahli di bidang psikologi atau bisa disebut praktisi psikologi. Menjadi psikolog harus mempunyai bekal kualifikasi pendidikan tertentu. Namun ketika di sekolah, seorang gurulah yang berperan sebagai psikolog bagi peserta didiknya. Terlepas dari status guru lajang atau sudah berkeluarga, harus siap menjadi praktisi psikologi di sekolahnya. Guru sebagai praktisi psikologi di sekolah ,perlu membekali diri terkait ilmu psikologi pendidikan.
Tardif (1987) mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai “sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang prilaku manusia untuk usaha- usaha kependidikan.” Seorang guru harus mampu memahami psikologi pendidikan sebagai unsur pendukung atau alat bantu keberhasilan tujuan pendidikan yang dilaksanakannya.
Seseorang yang mendedikasikan dirinya sebagai guru di sekolah, harus siap menghadapi beragam karakter dari keseluruhan siswa. Guru wajib menjadi sosok yang menghangatkan, menentramkan, memberi solusi hingga bersifat multi peran bagi peserta didik. Tak hanya menguasai materi pembelajaran yang akan diberikan , tetapi juga perlu memahami karakter peserta didik yang diajarnya. Guru yang tidak tahu tentang sifat anak dan belum memahami bagaimana cara memperlakukan anak didik dengan baik, akan berpengaruh pada keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Karena setiap peserta didik sangat berbeda dalam hal pembawaan, potensi, kematangan jasmani, intelegensi dan ketrampilan dari aspek kognitif, afektif dan psikomotornya. Ada peserta didik yang cerdas, periang, namun ada juga yang lamban belajar dan pemurung. Mereka semua heterogen dalam hal kepribadian dan kemampuan. Semua itu bisa dilihat dari penampilan ,cara berpikir atau cara mereka dalam memecahkan masalah.
Peran guru sebagai psikolog di sekolah dibagi menjadi 2 :
- Dalam proses pembelajaran di kelas
Selama proses edukasi di dalam kelas terjadi interaksi antara guru dan peserta didik. Saat interaksi itu ada proses dan peristiwa psikologis dari keduanya. Bagaimana kiat seorang guru melaksanakan proses edukasi, dan juga para peserta didik bisa terlibat dalam peristiwa pembelajaran dengan baik. Karena tidak menutup kemungkinan adanya permasalahan dari peserta didik kita. Beberapa permasalahan yang sering muncul saat proses pembelajaran ,diantaranya : kurangnya motivasi, menurunnya semangat belajar, kurangnya konsentrasi belajar , rasa percaya diri yang rendah. Perbedaan cara bersosialisasi, kebiasaan buruk dalam belajar hingga tingkat pemahaman peserta didik yang berbeda .
Dari sini terlihat jelas urgensi psikologi pendidikan sebagai pengetahuan yang harus dipelajari oleh guru. Sehingga guru dapat mengetahui hakikat gejala kejiwaan seorang anak, perkembangannya, bakat dan minatnya, cara membimbingnya serta cara penanganan jika ada masalah. John B. Watson (1878-1958) berpendapat bahwa “belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respon- respon bersyarat melalui stimulus pengganti.’ Manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi emosional berupa cinta, takut dan marah, yang kesemuanya terbentuk oleh stimulus dan menghasilkan respon. Sebagai apersepsi dalam kegiatan pembelajaran adalah pemberian stimulus pada peserta didik yang berupa pertanyaan, pernyataan, ilustrasi cerita/ gambar. Obyek nyata sebagai upaya untuk mengarahkan peserta didik ke dalam materi pelajaran. Ketika stimulus ini diterima dengan baik, akan ada reaksi (feed back) sehingga guru dapat mengarahkan dan membimbing peserta didik kearah tujuan yang telah dirumuskan (behavior).
Sebaliknya jika stimulus yang dilontarkan guru ternyata tidak menghasilkan reaksi peserta didik, maka guru dituntut untuk memberikan problem solving agar peserta didik mampu memahami subject matter (tema pokok / materi) yang akan disampaikannya. Sangatlah penting upaya guru untuk menjelaskan subject matter agar peserta didik mampu menghubungkan dengan kehidupannya. Kompetensi guru dalam mengelola kelas, penggunaan metode/ strategi pembelajaran hingga pemilihan alat peraga yang tepat agar tercapai tujuan pembelajaran dengan maksimal.
Belajar yang paling baik yaitu adanya proses dari peserta didik. Dari proses itu akan didapatkan pengalaman yang berharga. Dari pengalaman pembelajaran akan ada proses perubahan diri peserta didik ke arah yang lebih baik (result). Dari sini bisa disimpulkan peran guru sebagai psikolog saat proses pembelajaran meliputi penciptaan suasana belajar yang kondusif, metodologi pembelajaran, memotivasi peserta didik, penanganan peserta didik yang berkemampuan luar biasa, penanganan siswa yang berperilaku menyimpang, pengukuran kemampuan akademik peserta didik, serta pemberian umpan balik dan tindak lanjut.
- Di luar proses pembelajaran
Sekolah adalah wahana interaksi anak dengan berbagai macam latar belakang , potensi dan kepribadian yang berbeda. Dalam miniatur masyarakat kecil yang disebut sekolah ini, peserta didik akan mengaplikasikan segala kemampuannya dalam kegiatan bersosialisasi dengan temannya. Interaksi peserta didik dalam bersosialisasi berhubungan erat dengan kebiasaan yang sering dilakukan. Kebiasaan itu berpengaruh pada pola tingkah laku nya di sekolah.
Di luar proses pembelajaran, peserta didik banyak menghabiskan waktunya untuk bermain . Sylva, Bruner dan Paul (1976 : 155) menyatakan bahwa dalam bermain prosesnya lebih penting daripada hasil akhirnya, karena tidak terkait dengan tujuan yang ketat. Dalam bermain anak dapat mengganti, merubah, menambah, dan mencipta sesuatu. Merujuk pengertian di atas jelas bahwa peserta didik sangat bebas berinteraksi ketika bermain. Kebebasan berinteraksi itulah yang sering menimbulkan permasalahan diantara mereka. Berebut mainan, hingga sikap yang tak bisa menerima kekalahan. Di lingkungan sekolah, teman adalah keluarga yang diciptakannya. Mereka bisa enjoy saat bermain jika alur permainan terlaksana dengan baik. Karena tujuan bermain adalah mendapatkan suasana yang menyenangkan.
Guru sebagai psikolog juga dilakukan ketika proses pemantauan hasil belajar peserta didik di rumah. Guru hendaknya selalu menjalin komunikasi dengan orang tua peserta didik. Penggunaan buku penghubung sebagai sarana penyampaian pesan dan kondisi peserta didik di sekolah terkait kedisiplinan, kemajuan belajar ataupun permasalahan yang dialaminya. Untuk era sekarang teknik grup discussion melalui wa akan lebih optimal, karena intensitas menyimak hp lebih sering dilakukan oleh wali murid.
Secara garis besar, guru sebagai praktisi psikologi di sekolah perlu melakukan tahapan berikut untuk mengatasi permasalahan peserta didik :
- Diagnosa : meliputi pendekatan kepada peserta didik, tanya jawab untuk menemukan factor pemicu permasalahan
- Pengumpulan data, Ditahap ini, guru perlu kroscek dengan nama yang disebutkan peserta didik pada tahap diagnose, sehingga didapatkan kesesuaian informasi
- Tindakan (Treatment), Tahap ini sebagai follow up dari proses diagnose dan pengumpulan data, sehingga guru bisa menentukan bentuk tindakan apa yang dilakukan untuk memberikan problem solving.
- Evaluasi,Upaya peninjauan sejauh mana keberhasilan treatment/ problem solving yang dilakukan oleh guru. Ketika tindakannya berhasil maka diperoleh kemajuan bagi peserta didik. Namun bila tindakannya belum tepat, akan dicarikan alternatif solusi yang lain.
Teriring doa semoga semua insan yang bergelar guru, mampu menjalankan praktisi psikologi di lembaga masing-masing. Dengan tujuan tercapainya keberhasilan pendidikan dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik.
Penulis :
Nani Wulyaningsih, S.Pd ( Guru DPK di MI Al-Hidayah Tarik pada Kantor Kementerian Agama Kab. Sidoarjo)