Malang Post – Kesenjangan pendidikan di daerah terpencil di Indonesia, merupakan permasalahan klasik yang harus diselesaikan bersama.
Hal tersebut yang mendasari beberapa mahasiswa Universitas Islam Malang (Unisma), membuat model bimbingan belajar Hypnoteaching Private Class (HPC).
Sebuah pembelajaran, yang difokuskan permasalahan pada anak usia dini. Dengan modul penge evaluasian tutor kemampuan seorang siswa setiap pertemuan.
Beranggotakan empat mahasiswa Unisma, yakni Yuyun, Mohammad Aryun Jauhari, Muhammad Wildan Zubaidy dan Laily Mar’atus Sholihah dengan pendampingan dosen dr. Surya Sari Faradiba, S.Si., MPd., dan dukungan penuh dari kampus Unisma
Program itulah yang membuat bangga kampusnya, karena mendapatkan pendanaan program pendanaan program pembinaan mahasiswa wirausaha (P2MW) Tahun 2022.
Yuyun, Ketua Tim menjelaskan, berawal dari keprihatinan terhadap masyarakat di desa terpencil, di daerah kabupaten Probolinggo, yang memunculkan ide menciptakan program Hypnoteaching Private cCass (HPC). Dimana di satu tempat terpencil di masa pandemi, dengan pembelajaran yang serba online sangat kurang.
“Program ini adalah program bimbingan belajar, pembelajaran umum dan bahasa Inggris. Yang di peruntukan bagi anak usia dini, sampai dengan anak sekolah dasar (SD). Secara door to door satu dengan lainya. Dengan intensif yang mengevaluasi setiap pertemuannya. Dengan tujuan menentukan karakter setiap siswanya, dalam permasalahan nya,” jelasnya, Selasa (30/8/2022).
HPC menggunakan metode pembelajaran umum. Dengan belajar sambil bermain dan memberikan harga yang relatif murah, untuk membantu para generasi di masa emasnya, mendapatkan edukasi. Yang memiliki kendala dalam perekonomian, ataupun faktor lainya karena keterbatasan akses di daerah yang terpencil.
“Untuk progress kedepanya, dibantu oleh dosen pendamping kita. Kita selalu mengevaluasi tutor dan murid, untuk membentuk program yang terbaik demi kemajuan bersama.”
“Bismillahirrahmanirrahim. Semoga pembelajaran ini bermanfaat untuk kemajuan para siswa siswi generasi bangsa. Kalau program kita dapat penghargaan, suport dan pengakuan dari kampus dan kementerian, kita sepakat itu hanya sebatas bonusnya saja. Intinya bermanfaat dulu,” jelasnya.
“Untuk kampus tercinta, Unisma, semoga informasi seperti kegiatan ini, di sosialisasikan lebih mendalam. Diharapkan setiap mahasiswa lainnya, bisa lebih mengetahui dan memahami,” kata Yuyun.
P2MW sendiri, merupakan program pengembangan usaha mahasiswa, yang telah memiliki usaha melalui bantuan dana pengembangan dan pembinaan. Dengan melakukan pendampingan serta pelatihan (coaching) usaha kepada mahasiswa peserta P2MW oleh Kemendikbud.
Dengan mengikuti P2MW, mahasiswa berkesempatan juga untuk mengikuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) berwirausaha di perguruan tinggi. Oleh karenanya program ini sangat penting bagi perguruan tinggi dan mahasiswa yang peduli terhadap perkembangan mahasiswa wirausaha. (adv/M. Abd Rahman Rozzi)